Penutupan McDonald’s Ebisu: Cermin Attitude Orang Jepang dalam Dunia Bisnis

Penutupan McDonald’s Ebisu di Tokyo bukan sekadar kabar bisnis. Dari cara staf mengucapkan maaf dan perpisahan kepada pelanggan, dunia kembali belajar tentang sikap tulus dan profesionalisme khas orang Jepang dalam bekerja.

Oct 24, 2025 - 16:27
 0  5
Penutupan McDonald’s Ebisu: Cermin Attitude Orang Jepang dalam Dunia Bisnis
Sumber foto : Instagram

Eksplora.id - Bagi banyak warga Tokyo, McDonald’s Ebisu bukan sekadar restoran cepat saji. Terletak di depan Stasiun Ebisu, restoran ini menjadi tempat singgah bagi karyawan yang terburu-buru, mahasiswa yang mencari camilan larut malam, hingga wisatawan yang ingin menikmati Big Mac dengan nuansa kota metropolitan.

Namun, pada awal Oktober 2024 lalu, publik dikejutkan dengan kabar bahwa McDonald’s Ebisu resmi ditutup permanen. Di luar dugaan, momen penutupan itu tidak diselimuti keluhan atau protes. Justru yang terlihat adalah barisan staf yang berdiri di depan outlet, membungkuk, dan mengucapkan terima kasih serta permintaan maaf kepada pelanggan setia.

Pemandangan sederhana ini viral di media sosial Jepang. Banyak yang terharu, bukan karena kehilangan sebuah restoran, tetapi karena sikap penuh hormat para staf—sebuah cerminan budaya kerja dan etika bisnis yang telah mengakar dalam masyarakat Jepang.


Sopan Santun Bukan Formalitas

Bagi orang Jepang, sopan santun dalam bekerja bukanlah formalitas, tapi bentuk penghargaan terhadap orang lain.
Dalam budaya mereka, setiap pekerjaan—sekecil apa pun—adalah tanggung jawab moral. Saat sebuah bisnis tutup, mereka merasa perlu berpamitan dengan hormat, sebagai tanda terima kasih dan penyesalan jika pernah mengecewakan pelanggan.

Gestur membungkuk (ojigi) sambil mengucapkan “arigatou gozaimashita” dan “sumimasen” bukan hanya rutinitas. Itu adalah bentuk komunikasi yang paling tulus dari hati. Dan di McDonald’s Ebisu, gestur itu terasa begitu kuat.

Banyak netizen menyebut momen itu sebagai “pelajaran etika bisnis yang tak diajarkan di sekolah”—tentang bagaimana menghadapi akhir dengan martabat.


Attitude Jepang: Bisnis Adalah Tentang Kehormatan

Etos kerja di Jepang dikenal dengan konsep “shokunin kishitsu” — semangat profesionalisme dan dedikasi total terhadap pekerjaan.
Bagi mereka, keberhasilan bisnis tidak hanya diukur dari laba, tetapi juga dari bagaimana mereka menjaga kepercayaan dan rasa hormat pelanggan.

Inilah mengapa bahkan dalam situasi sulit seperti penutupan outlet, para staf tetap menunjukkan kesetiaan terhadap nilai-nilai perusahaan dan rasa tanggung jawab pribadi.
Mereka tidak sekadar bekerja demi gaji, tetapi benar-benar berusaha meninggalkan kesan terakhir yang baik — sesuatu yang jarang ditemukan di dunia bisnis modern yang serba cepat dan transaksional.


Pelajaran untuk Dunia Bisnis Modern

Dari penutupan McDonald’s Ebisu, kita belajar bahwa attitude adalah aset tak ternilai dalam bisnis.
Sebuah perusahaan bisa saja kehilangan cabang, tetapi bila etika, rasa hormat, dan tanggung jawab dijaga, kepercayaan publik akan tetap hidup.

Bagi pelaku usaha di Indonesia, momen ini bisa menjadi refleksi. Bahwa dalam berbisnis, “berkah dan kepercayaan” jauh lebih mahal daripada keuntungan sesaat.
Menghadapi pelanggan dengan tulus, mengucapkan terima kasih saat bisnis berjalan, dan meminta maaf saat ada kekurangan—itulah pondasi reputasi yang langgeng.


Tutup dengan Hormat, Buka Peluang Baru

McDonald’s Ebisu mungkin telah menutup pintunya, tapi sikap para stafnya membuka mata dunia.
Bahwa dalam setiap akhir, ada ruang untuk menghormati, berterima kasih, dan memperlihatkan nilai kemanusiaan.
Di sanalah letak kekuatan sejati bisnis Jepang—menjadikan etika sebagai strategi, dan attitude sebagai identitas.***

Baca juga artikel lainnya :

pendidikan-di-jepang-prioritas-karakter-etika-dan-nilai-moral-sebelum-akademik