STOP SALAH GUNA OBAT BATUK!

Penyalahgunaan obat batuk dengan kandungan Dextromethorphan (DXM) bisa sebabkan halusinasi, koma, hingga kematian. Yuk, stop salah guna obat batuk!

Nov 6, 2025 - 11:23
 0  57
STOP SALAH GUNA OBAT BATUK!
Sumber foto : Istock

Eksplora.id - Fenomena penyalahgunaan obat batuk di Indonesia kini semakin memprihatinkan. Obat yang seharusnya berfungsi untuk meredakan batuk dan membantu pemulihan pernapasan, justru disalahgunakan demi sensasi sesaat. Mirisnya, fenomena ini banyak terjadi di kalangan remaja dan pelajar yang mudah mengakses obat batuk karena dijual bebas di pasaran tanpa pengawasan ketat.

Peredaran obat batuk dengan kandungan Dextromethorphan (DXM) dalam bentuk sirup atau sachet (seperti Komix dan sejenisnya) semakin sulit dikendalikan. Padahal, jika dikonsumsi berlebihan, DXM dapat menimbulkan efek berbahaya bagi tubuh, bahkan menyebabkan ketergantungan dan kematian. Obat batuk bukan mainan, melainkan zat medis yang harus digunakan dengan bijak.


Efek “Nge-fly” yang Mematikan

Banyak orang, terutama kalangan remaja, sengaja menenggak obat batuk dalam dosis tinggi untuk merasakan efek “melayang” atau “halu”. Mereka beranggapan efek tersebut menyenangkan, padahal sebenarnya tubuh sedang mengalami reaksi keracunan akibat overdosis Dextromethorphan. DXM bekerja dengan memengaruhi sistem saraf pusat, dan dalam jumlah berlebihan bisa menimbulkan halusinasi serta kehilangan kendali diri.

Dalam dosis tinggi, efek yang ditimbulkan bisa sangat fatal. Beberapa kasus menunjukkan gejala seperti gangguan detak jantung, penurunan kesadaran (bahkan koma), kerusakan otak permanen, hingga henti napas yang berujung pada kematian. Sensasi “nge-fly” yang terasa ringan di awal sebenarnya adalah awal dari potensi kerusakan tubuh jangka panjang yang tidak bisa diabaikan.


“Apotek Mengedukasi, Diobral di Supermarket!”

Para tenaga kefarmasian di seluruh Indonesia berjuang keras memberikan edukasi tentang penggunaan obat yang aman dan sesuai dosis. Namun di sisi lain, masih banyak minimarket dan toko umum yang menjual obat batuk secara bebas tanpa pengawasan apoteker. Kondisi ini menyebabkan masyarakat, khususnya anak muda, mudah mendapatkan obat keras tanpa pemahaman risiko yang menyertainya.

Situasi ini menimbulkan dilema serius di dunia kesehatan. Upaya edukasi yang dilakukan tenaga medis seolah tidak ada artinya jika distribusi obat masih dibiarkan longgar. Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi untuk memperketat penjualan obat yang mengandung bahan aktif berbahaya seperti Dextromethorphan, Codeine, dan Pseudoefedrin, yang seharusnya hanya bisa dibeli dengan resep atau anjuran tenaga kesehatan.


Ingat: Ini Obat, Bukan untuk Mabuk!

Satu sachet obat batuk mungkin terlihat sepele, tapi beberapa sachet sekaligus bisa menjadi racun mematikan. Efek “mabuk” atau “melayang” yang muncul bukan tanda tubuh sedang merasa senang, melainkan tanda bahwa sistem saraf sedang terganggu. Kandungan obat tersebut bekerja menekan pusat pernapasan di otak, dan bila dosisnya berlebihan, tubuh bisa kehilangan kemampuan bernapas dengan normal.

Sayangnya, banyak remaja tidak menyadari bahaya laten ini. Mereka hanya melihat tren atau ajakan teman tanpa memahami risiko medis yang mengintai. Edukasi dan pengawasan dari lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat sangat penting untuk mencegah terjadinya salah guna obat yang bisa merenggut masa depan mereka.


Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Langkah pertama adalah tidak pernah mengonsumsi obat batuk tanpa anjuran dokter atau apoteker. Pastikan setiap obat yang diminum sesuai dosis, aturan pakai, dan kondisi kesehatan. Jika gejala batuk tak kunjung sembuh, konsultasikan ke tenaga kesehatan, bukan malah menambah dosis sendiri.

Selain itu, masyarakat juga perlu berperan aktif. Jika menemukan penjualan obat keras tanpa izin atau pengawasan apoteker, segera laporkan ke pihak berwenang. Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam memperhatikan perubahan perilaku anak atau murid. Edukasi mengenai bahaya penyalahgunaan obat harus terus digaungkan melalui media sosial, sekolah, dan komunitas.

“STOP SALAH GUNA OBAT BATUK!”
“Obat untuk sembuh, bukan untuk mabuk.”


Penyalahgunaan obat batuk bukan sekadar masalah kesehatan, tetapi juga ancaman sosial dan generasi. Jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat menciptakan generasi muda yang rentan terhadap ketergantungan zat. Oleh karena itu, setiap lapisan masyarakat perlu mengambil peran dalam mengedukasi dan mengawasi penggunaan obat dengan bijak.

Mari kita bersama-sama menyelamatkan generasi muda Indonesia dari bahaya penyalahgunaan obat batuk. Satu langkah kecil dalam edukasi, satu unggahan di media sosial, atau satu percakapan dengan teman bisa menjadi awal dari perubahan besar.
Karena satu langkah edukasi kecil bisa menyelamatkan satu nyawa besar.***

Baca juga artikel lainnya :

produsen-dan-pengedar-produk-farmasi-serta-alat-kesehatan-tak-sesuai-standar-bisa-kena-sanksi-pidana