Ponorogo dan Malang Resmi Jadi Kota Kreatif UNESCO, Indonesia Kini Punya Tujuh Kota Kreatif Dunia

Ponorogo dan Malang resmi ditetapkan sebagai kota kreatif UNESCO bidang kriya dan media arts. Pengakuan ini menambah tujuh kota kreatif Indonesia serta membuka peluang besar bagi ekonomi dan budaya lokal.

Nov 7, 2025 - 16:22
 0  2
Ponorogo dan Malang Resmi Jadi Kota Kreatif UNESCO, Indonesia Kini Punya Tujuh Kota Kreatif Dunia
sumber foto : gg

Eksplora.id – Dua kota dari Jawa Timur, Kabupaten Ponorogo dan Kota Malang, resmi ditetapkan sebagai anggota baru UNESCO Creative Cities Network (UCCN) pada Kamis, 30 Oktober 2025. Penetapan ini menambah daftar kota kreatif Indonesia menjadi tujuh, sebuah pencapaian besar yang menegaskan kekuatan budaya dan kreativitas bangsa di kancah global.

Dua Kota, Dua Karakter Kreatif

Ponorogo dikenal luas sebagai kota budaya yang identik dengan Reog Ponorogo, kesenian rakyat yang telah mendunia. Tak hanya itu, Ponorogo juga memiliki kekayaan tradisi kriya dan kerajinan yang tumbuh dari akar masyarakat. Karena itulah, UNESCO menetapkan Ponorogo dalam kategori Crafts and Folk Art — pengakuan terhadap kekuatan tradisi dan kemampuan masyarakat lokal dalam mengolah budaya menjadi karya bernilai ekonomi.

Sementara itu, Malang melangkah dalam jalur yang berbeda namun tetap bernafaskan kreativitas. Kota yang dijuluki Kota Pelajar dan Kota Kreatif ini memiliki ekosistem seni digital yang berkembang pesat. Dari komunitas animasi, sineas muda, studio gim, hingga rumah produksi digital, semua menjadi bukti bahwa Malang adalah pusat Media Arts yang hidup dan dinamis. Penetapan ini menegaskan posisi Malang sebagai salah satu kota paling progresif di Indonesia dalam bidang industri kreatif digital.

Momentum Kebangkitan Ekonomi Kreatif Daerah

Menurut Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Satrya Wibawa, pengakuan ini bukan sekadar prestise, melainkan pembuktian bahwa kreativitas tidak hanya tumbuh di kota metropolitan. “Kita bisa melihat ekosistem kreatif yang kuat juga muncul di daerah-daerah yang berakar pada budaya lokal,” ujarnya.

Melalui status baru ini, pelaku seni dan ekonomi kreatif di Ponorogo dan Malang berpeluang besar memperluas jaringan hingga ke level internasional. Mereka dapat bertukar praktik terbaik dengan sesama kota kreatif dunia, membuka kolaborasi lintas negara, dan meningkatkan nilai ekonomi dari karya budaya lokal.

Lebih dari itu, penetapan ini juga diharapkan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah. Di Ponorogo, misalnya, pengrajin topeng, penjahit kostum Reog, hingga pelaku UMKM berbasis kriya berpotensi naik kelas. Sementara di Malang, para kreator digital dan seniman visual dapat memperluas pasar dan akses pembiayaan global.

Tanggung Jawab Setelah Pengakuan

Namun, gelar kota kreatif bukanlah akhir, melainkan awal dari tanggung jawab baru. Kedua kota ini diwajibkan menyusun rencana aksi empat tahun sesuai pedoman UNESCO. Program ini mencakup pengembangan kapasitas pelaku kreatif, penyelenggaraan festival budaya internasional, serta kolaborasi lintas kota untuk membangun ekonomi berbasis budaya.

Pemerintah daerah diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan inovasi modern. Ponorogo harus terus memperkuat karakter budaya rakyatnya agar tidak kehilangan jati diri di tengah arus globalisasi. Sementara Malang dituntut mengembangkan ekosistem digital yang inklusif dan memberi ruang bagi seniman muda agar tidak terpinggirkan.

Bukti Kekuatan Budaya Indonesia

Dengan bergabungnya Ponorogo dan Malang, Indonesia kini memiliki tujuh kota kreatif UNESCO, menunjukkan bahwa kreativitas telah menjadi bagian dari strategi pembangunan nasional. Kota-kota ini tidak hanya menjadi pusat seni dan budaya, tetapi juga motor penggerak ekonomi lokal yang berkelanjutan.

Di Ponorogo, semangat rakyatnya yang menari dalam irama Reog kini beresonansi hingga forum dunia. Di Malang, denyut kreativitas anak muda berpadu dengan teknologi digital, menciptakan ruang baru bagi ekonomi masa depan.

Kedua kota ini adalah cermin bahwa kreativitas bukan milik segelintir orang, melainkan milik bangsa yang mencintai budayanya dan berani berinovasi.

Penetapan Ponorogo dan Malang sebagai kota kreatif UNESCO adalah kemenangan kolektif bagi Indonesia. Ia membuktikan bahwa dari kesenian rakyat hingga seni digital, dari topeng Reog hingga layar animasi, semua bisa menjadi kekuatan ekonomi dan diplomasi budaya.

Dengan pengakuan ini, dunia kini menatap dua wajah Indonesia — satu berpijak pada tradisi, satu melangkah ke masa depan — keduanya sama-sama membawa pesan bahwa budaya adalah sumber daya abadi bangsa.***

Baca juga artikel lainnya :

pala-nusantara-jam-tangan-kayu-yang-menyatukan-budaya-dan-keberlanjutan