Kualitas Pendidikan Indonesia Tertinggal 128 Tahun dari Negara Maju
Kualitas pendidikan di Indonesia kembali menjadi sorotan tajam setelah hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA)

Eksplora.id - Kualitas pendidikan di Indonesia kembali menjadi sorotan tajam setelah hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa Indonesia tertinggal sejauh 128 tahun dibandingkan dengan negara-negara maju. Temuan ini menjadi alarm keras bagi para pemangku kebijakan, pendidik, dan masyarakat umum untuk melakukan pembenahan secara menyeluruh dan berkelanjutan di sektor pendidikan.
PISA merupakan program internasional yang digagas oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Survei ini mengukur kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam bidang membaca, matematika, dan sains. Hasil survei terbaru yang dirilis pada akhir 2023 menunjukkan bahwa capaian literasi, numerasi, dan sains pelajar Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan rata-rata negara OECD.
Salah satu data paling mencolok adalah skor literasi membaca siswa Indonesia yang menempati peringkat ke-71 dari 81 negara peserta. Dalam bidang matematika, Indonesia berada di peringkat ke-76, dan untuk sains di posisi ke-73. Ketertinggalan ini, jika dihitung dalam kurva kemajuan pendidikan global, setara dengan jeda waktu sekitar 128 tahun untuk mengejar kualitas yang dimiliki negara maju saat ini.
Faktor Penyebab Ketertinggalan
Banyak faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan Indonesia mengalami ketertinggalan signifikan. Beberapa di antaranya adalah:
-
Kesenjangan Akses dan Kualitas Pendidikan Masih banyak wilayah di Indonesia, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), yang belum memiliki akses pendidikan yang layak. Sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai, kekurangan guru berkualitas, dan keterbatasan bahan ajar menjadi kendala utama.
-
Kurikulum yang Belum Optimal Kurikulum di Indonesia dinilai belum sepenuhnya menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Sistem pembelajaran cenderung menekankan hafalan daripada kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
-
Kesejahteraan Guru Banyak guru, terutama honorer, masih menerima gaji yang jauh dari layak. Hal ini berdampak pada motivasi dan profesionalisme dalam mengajar. Padahal, guru merupakan ujung tombak dari proses pendidikan.
-
Minimnya Literasi Digital dan Teknologi Di era digital saat ini, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan sangat penting. Namun, masih banyak sekolah di Indonesia yang belum mampu mengintegrasikan teknologi secara maksimal dalam kegiatan belajar-mengajar.
Dampak Jangka Panjang
Ketertinggalan dalam pendidikan bukan hanya masalah akademik, tetapi juga berdampak luas pada pembangunan sosial dan ekonomi bangsa. Negara yang pendidikannya tertinggal akan kesulitan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, inovatif, dan kompetitif secara global. Ini akan menghambat kemajuan di berbagai sektor, termasuk ekonomi, kesehatan, dan teknologi.
Laporan dari World Bank juga menunjukkan bahwa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia berdampak pada produktivitas kerja dan daya saing nasional. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus.
Upaya yang Perlu Dilakukan
Menyikapi temuan PISA tersebut, pemerintah Indonesia perlu melakukan reformasi pendidikan secara menyeluruh. Beberapa langkah strategis yang bisa ditempuh antara lain:
-
Investasi dalam Pendidikan Dasar Pemerintah harus meningkatkan alokasi anggaran untuk sektor pendidikan, terutama pada tingkat dasar, agar setiap anak Indonesia mendapatkan pendidikan berkualitas sejak dini.
-
Peningkatan Kompetensi Guru Pelatihan dan pengembangan profesional guru harus menjadi prioritas. Selain itu, sistem insentif yang adil dan transparan perlu diterapkan agar profesi guru semakin dihargai.
-
Pembenahan Kurikulum Kurikulum harus disesuaikan dengan tantangan abad ke-21. Fokus pembelajaran harus bergeser dari hafalan ke pemahaman, kolaborasi, dan berpikir kritis.
-
Pemerataan Akses Teknologi Pemerintah perlu mempercepat digitalisasi sekolah, termasuk menyediakan perangkat teknologi dan pelatihan digital bagi siswa dan guru di daerah-daerah tertinggal.
-
Peran Aktif Masyarakat dan Dunia Usaha Peningkatan kualitas pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan dukungan dari masyarakat, dunia usaha, dan organisasi non-pemerintah untuk berkolaborasi dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.
Temuan PISA tentang ketertinggalan 128 tahun kualitas pendidikan Indonesia dari negara maju bukanlah sebuah vonis, melainkan panggilan untuk bertindak. Dengan komitmen yang kuat dan sinergi dari berbagai pihak, ketertinggalan ini bukan hal yang mustahil untuk dikejar. Pendidikan adalah pondasi peradaban, dan masa depan Indonesia bergantung pada seberapa serius kita membenahinya hari ini.
Baca juga artikel lainnya :
pendidikan-bukan-ladang-bisnis-pungutan-wisuda-dilarang-di-lampung