Tradisi Unik Denmark: Ulang Tahun ke-25 “Diserang” Kayu Manis
Tradisi ulang tahun ke-25 di Denmark terkenal unik: orang yang masih single akan ditaburi kayu manis oleh teman-temannya. Ritual kuno penuh tawa ini berasal dari sejarah pedagang rempah dan kini menjadi bagian budaya populer di kalangan anak muda Denmark.
Eksplora.id - Di Denmark, ulang tahun ke-25 bukan hanya tentang meniup lilin atau makan kue. Ada tradisi yang jauh lebih meriah, lebih berantakan, dan… lebih wangi. Jika seseorang berusia 25 tahun dan masih single, teman-temannya akan “menghadiahi” mereka dengan sesuatu yang tidak biasa: guyuran kayu manis raksasa dari kepala sampai kaki. Tradisi ini bukan lelucon—ini benar-benar dilakukan dan dianggap sebagai salah satu kebiasaan paling ikonik dalam budaya anak muda Denmark.
Biasanya, sang “korban” akan diikat terlebih dahulu ke tiang, kursi, atau pagar. Bukan dengan maksud jahat, tetapi sebagai bagian dari ritual yang sudah diwariskan turun-temurun. Setelah itu, teman-temannya mulai menaburkan kayu manis kering dalam jumlah yang luar biasa banyak, hingga tubuhnya tertutup lapisan coklat keemasan seperti manusia donat.
Yang terjadi berikutnya hampir pasti sama: banyak tertawa, sedikit batuk dan bersin, serta aroma harum yang menempel sepanjang hari.
Akar Sejarah dari Pedagang Rempah
Meski terlihat sebagai guyonan khas anak muda, tradisi ini punya akar sejarah yang cukup menarik. Kebiasaan ini dipercaya bermula pada era ketika Denmark memiliki banyak pedagang rempah—khususnya pedagang kayu manis dan cengkeh—yang sering bepergian dari satu wilayah ke wilayah lain. Karena pekerjaan mereka penuh perjalanan dan jauh dari rumah dalam jangka waktu lama, banyak dari mereka tidak punya kesempatan untuk membangun rumah tangga.
Masyarakat kemudian menyebut para pedagang rempah yang masih single sebagai “paprika boys” atau “cinnamon men”. Dari situlah muncul kebiasaan unik yang perlahan berubah menjadi tradisi ulang tahun yang lucu. Kini, ritual itu tidak lagi berkaitan dengan profesi atau status sosial—hanya sekadar simbol bahwa seseorang sudah memasuki usia seperempat abad namun masih menikmati hidup sendirian.
Bukan Sekadar Lelucon, Tapi Perayaan Persahabatan
Meskipun tampak ekstrem, tradisi kayu manis ini sebenarnya dilakukan penuh canda dan kehangatan. Orang yang berulang tahun biasanya tahu bahwa mereka akan menjadi target, dan sebagian bahkan mempersiapkan pakaian khusus agar tidak terlalu sulit dibersihkan. Setelah “serangan kayu manis” selesai, biasanya acara berlanjut dengan makan bersama, pesta kecil, atau sekadar nongkrong bersama teman-teman.
Ada juga versi lanjutan dari tradisi ini. Jika seseorang masih single hingga usia 30 tahun, mereka bisa “naik level” menjadi sasaran taburan merica. Kayu manis untuk usia 25, merica untuk usia 30. Semakin pedas, semakin heboh perayaannya.
Tradisi ini menyiratkan satu hal sederhana: menjadi single bukan kekurangan, dan merayakan hidup bersama teman-teman adalah hal yang membahagiakan. Di Denmark, tekanan sosial terkait pasangan jauh lebih ringan. Banyak anak muda justru melihat ritual ini sebagai momen lucu yang hanya terjadi sekali seumur hidup.
Ketika Tradisi Lama Bertemu Generasi Baru
Di era media sosial, tradisi kayu manis ini kini sering viral. Banyak video anak muda Denmark menunjukkan bagaimana seseorang digotong ke luar rumah, diikat, lalu diserang kayu manis sambil tertawa-tawa. Beberapa bahkan membuatnya semakin meriah dengan pakaian kostum, musik, atau efek dramatis.
Meski berantakan, tradisi ini jarang ditinggalkan. Bahkan, ia dianggap sebagai simbol humor dan keakraban, sekaligus pengingat bahwa kehidupan tidak harus selalu serius. Menjadi dewasa tidak berarti kehilangan keseruan.
Lebih dari Sekadar Tradisi—Sebuah Cerita Tentang Kebahagiaan Sederhana
Aroma kayu manis yang menguar, tawa yang memenuhi udara, dan momen kebersamaan yang hangat menjadikan tradisi ini begitu dicintai di Denmark. Tentu saja, setelah ritual selesai, akan ada pekerjaan besar: mandi berkali-kali, membersihkan rambut dengan sabun khusus, dan kadang masih menyisakan aroma roti kayu manis seharian penuh.
Namun bagi mereka yang merayakannya, semua itu bagian dari memori indah yang akan dikenang seumur hidup.
Di balik taburan kayu manis yang berantakan, ada pesan sederhana namun kuat: hidup layak dirayakan—baik dengan pasangan maupun tanpa pasangan. Kebahagiaan bisa datang dari tawa teman-teman, dari kebiasaan kecil yang diwariskan, dan dari tradisi unik yang membuat hidup lebih berwarna.**
Baca juga artikel lainnya :
tradisi-bayar-seikhlasnya-cara-hangat-pasar-komunitas-belgia-kurangi-limbah-pangan-dan-bantu-warga

