Indonesia Naik ke Peringkat 3 Dunia sebagai Penghasil Kopi, Produksi Capai 11,3 Juta Karung

Indonesia resmi naik ke peringkat 3 dunia sebagai penghasil kopi terbesar versi FAO 2025. Produksi kopi meningkat 5% jadi 11,3 juta karung, membuka peluang ekspor lebih luas dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global.

Oct 30, 2025 - 22:20
 0  6
Indonesia Naik ke Peringkat 3 Dunia sebagai Penghasil Kopi, Produksi Capai 11,3 Juta Karung
Sumber foto : Istock

Eksplora.id - Kabar menggembirakan datang dari sektor perkebunan nasional. Indonesia resmi naik peringkat menjadi negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia versi FAO PBB tahun 2025, melampaui posisi sebelumnya di peringkat keempat. Peningkatan ini menunjukkan betapa kuatnya potensi kopi Indonesia di pasar global dan sekaligus mempertegas reputasi tanah air sebagai salah satu lumbung kopi dunia.

Menurut laporan terbaru United States Department of Agriculture (USDA), produksi kopi Indonesia untuk tahun pemasaran 2025/2026 diperkirakan mencapai 11,3 juta karung (dengan masing-masing karung seberat 60 kilogram). Angka tersebut naik sekitar 5 persen dibandingkan periode sebelumnya, didorong oleh perbaikan cuaca, peningkatan area tanam, dan dorongan ekspor yang kuat.


Potensi Ekspor Meningkat, Indonesia Kian Diperhitungkan

Kenaikan produksi ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor ke berbagai negara. Dengan tren permintaan global yang terus meningkat, posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam komoditas kopi dunia semakin kokoh, berdampingan dengan Brasil dan Vietnam yang menempati posisi pertama dan kedua.

“Peningkatan produksi kopi ini menandai langkah penting dalam memperkuat daya saing ekspor Indonesia di kancah global,” ujar analis pertanian dari Pusat Studi Perkebunan Nasional, R. Anggoro Wibisono.

Selain memperkuat neraca perdagangan, peningkatan volume ekspor juga berpotensi memperbesar pendapatan negara dan meningkatkan kesejahteraan petani kopi di berbagai daerah penghasil utama seperti Sumatra, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.


Kopi, Sumber Penghidupan bagi Jutaan Petani

Kopi bukan sekadar komoditas ekspor, tetapi juga menjadi sumber penghidupan utama bagi jutaan petani kecil di Indonesia.
Menurut laman World Coffee Research, industri kopi saat ini mendukung sekitar 1,77 juta orang di seluruh Indonesia, baik yang terlibat langsung dalam budidaya maupun kegiatan pasca-panen seperti pengolahan dan distribusi.

Di banyak daerah, kopi menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Daerah seperti Gayo (Aceh), Toraja (Sulawesi Selatan), Kintamani (Bali), dan Flores (NTT) telah lama dikenal sebagai sentra kopi arabika berkualitas tinggi yang diminati pasar internasional.


Momentum untuk Perkuat Kopi Spesialti dan Nilai Tambah

Dengan meningkatnya produksi, para pelaku industri menilai bahwa Indonesia perlu memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat branding kopi spesialti.
Kopi arabika dari Gayo, Toraja, hingga Java Ijen memiliki keunggulan rasa dan karakteristik unik yang bisa meningkatkan nilai jual di pasar global.

Selain itu, pemerintah juga diimbau untuk fokus memperbaiki rantai nilai (value chain) kopi nasional. Artinya, bukan hanya meningkatkan volume produksi, tetapi juga memastikan nilai tambah yang dihasilkan tetap berada di dalam negeri.
Hal ini bisa dilakukan melalui inovasi pengolahan, sertifikasi mutu, dan promosi kopi siap seduh atau roasted bean ke pasar mancanegara.


Tantangan: Produktivitas dan Teknologi Masih Jadi PR Besar

Meski capaian ini membanggakan, sektor kopi Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan besar.
Pertama, produktivitas per hektar masih tergolong rendah dibandingkan negara produsen besar lainnya seperti Brasil dan Vietnam. Banyak perkebunan kopi di Indonesia masih menggunakan varietas tua yang kurang tahan terhadap penyakit seperti coffee leaf rust.

Kedua, investasi dan teknologi di sektor pasca-panen juga masih terbatas. Fasilitas pengeringan, fermentasi, dan penyimpanan belum merata di semua daerah, sehingga berdampak pada kualitas akhir kopi yang dihasilkan.

Ketiga, struktur rantai nilai yang lemah menyebabkan sebagian besar kopi Indonesia diekspor dalam bentuk green bean (biji mentah) tanpa pengolahan lebih lanjut. Akibatnya, nilai tambah justru dinikmati oleh negara pengimpor yang melakukan proses lanjutan seperti roasting dan packaging.


Langkah Selanjutnya: Menuju Industri Kopi Berdaya Saing Global

Pemerintah bersama asosiasi kopi nasional kini tengah mendorong berbagai program peningkatan mutu dan produktivitas, termasuk rejuvenasi tanaman kopi, pelatihan petani, serta pembangunan pusat riset kopi nasional.

Jika langkah ini dijalankan konsisten, bukan tidak mungkin Indonesia dapat naik lebih tinggi lagi di masa depan—bukan hanya sebagai penghasil volume besar, tetapi juga produsen kopi berkualitas premium yang bernilai ekonomi tinggi.***

Baca juga artikel lainnya :

harga-kopi-dunia-meroket-ke-rekor-tertinggi-kasus-pencurian-di-as-melonjak