Restoran di New York Rekrut Kasir Virtual dari Filipina, Upah Hanya $3,75 per Jam

Restoran di New York mulai mempekerjakan kasir virtual dari Filipina dengan upah $3,75 per jam melalui Zoom untuk menekan biaya operasional. Tren ini menuai pro dan kontra. Simak faktanya di sini.

Nov 28, 2025 - 12:31
 0  3
Restoran di New York Rekrut Kasir Virtual dari Filipina, Upah Hanya $3,75 per Jam
Sumber foto : Instagram

Eksplora.id - Sejumlah restoran di New York kini menerapkan strategi efisiensi biaya yang tidak biasa: merekrut kasir virtual dari Filipina yang bekerja dari jarak jauh melalui sambungan video. Melalui layar monitor yang dipasang di dekat meja kasir, para pekerja ini menyapa pelanggan, menerima pesanan, hingga mengoperasikan sistem pembayaran—semua dilakukan lewat platform seperti Zoom.

Model kerja jarak jauh ini menjadi sorotan karena menawarkan cara baru bagi bisnis kuliner untuk menekan biaya tenaga kerja yang melonjak pasca-pandemi. Dengan upah hanya $3,75 per jam, restoran dapat memangkas pengeluaran secara signifikan dibandingkan harus membayar upah minimum New York yang berada di kisaran $16–$20 per jam.


Layanan Happy Cashier dan Meningkatnya Penggunaan Teknologi

Fenomena ini didorong oleh perusahaan penyedia layanan kasir jarak jauh seperti Happy Cashier, yang menawarkan paket tenaga kerja virtual untuk berbagai restoran kecil hingga jaringan kuliner di Manhattan, Queens, dan Long Island City. Setiap kasir virtual bekerja dari pusat operasi di Filipina atau bahkan dari rumah mereka sendiri, dilengkapi headset, koneksi internet stabil, serta pelatihan komunikasi pelanggan.

Bagi pemilik restoran, solusi ini bukan hanya soal memangkas biaya, tetapi juga menjaga operasional tetap berjalan di tengah minimnya tenaga kerja lokal yang bersedia bekerja dengan jadwal panjang dan ritme kerja yang ketat. Banyak bisnis kecil yang masih berjuang memulihkan diri dari tekanan ekonomi pandemi kini melihat kasir virtual sebagai jalan keluar.


Kritik Soal Etika Upah dan Dampak Lapangan Kerja

Meski hemat biaya, praktik ini memicu perdebatan. Beberapa pihak menyoroti aspek etika, mengingat upah $3,75 per jam dinilai sangat rendah bila dibandingkan dengan standar hidup di New York. Aktivis tenaga kerja berpendapat bahwa strategi ini berpotensi mengurangi peluang kerja warga lokal dan memperluas kesenjangan upah global.

Sebagian pakar juga menyoroti isu privasi dan keamanan data, karena proses pembayaran melibatkan komunikasi lintas negara. Restoran perlu memastikan bahwa transaksi tetap aman dan sesuai regulasi.

Namun di sisi lain, penyedia jasa seperti Happy Cashier menegaskan bahwa upah tersebut sudah lebih tinggi dari rata-rata gaji sejumlah pekerjaan entry-level di Filipina, dan pekerjaan jarak jauh ini memberi peluang bagi banyak pekerja untuk bekerja dari rumah dengan jadwal fleksibel.


Efisiensi yang Mendorong Perubahan Industri

Terlepas dari kontroversinya, tren kasir virtual menjadi bukti adanya perubahan besar dalam industri makanan cepat saji dan layanan restoran. Di tengah tekanan biaya, kelangkaan tenaga kerja, serta adaptasi teknologi otomatisasi, bisnis-bisnis ini berusaha mencari cara paling efisien untuk bertahan.

Beberapa restoran bahkan menyebut bahwa pelanggan tidak keberatan dengan kasir jarak jauh, selama layanan tetap ramah, cepat, dan profesional. Layar monitor menjadi jembatan interaksi baru antara pekerja dan pembeli, menciptakan pengalaman yang unik di tengah kota metropolitan seperti New York.


Arah Baru Dunia Kerja Global

Fenomena ini memperlihatkan bagaimana digitalisasi dan perbedaan standar upah antarnegara membentuk pola kerja baru. Jika tren terus berkembang, bukan tidak mungkin model kasir virtual lintas negara akan merambah sektor lain, mulai dari pusat layanan pelanggan, administrasi retail, hingga ruang tunggu klinik.

Untuk saat ini, kasir virtual dari Filipina menjadi contoh nyata bagaimana dunia kerja global terus berevolusi—dengan peluang, tantangan, dan debat etis yang menyertainya.**

Baca juga artikel lainnya :

pentingnya-aplikasi-kasir-dan-manajemen-stok-untuk-bisnis-yang-lebih-efisien