Gejolak Nepal: Demo Jalanan, Latar Belakang, dan Pelajaran bagi Indonesia

Gelombang demonstrasi mengguncang Nepal dipicu kenaikan harga kebutuhan pokok serta kekecewaan rakyat terhadap janji reformasi yang tak kunjung nyata. Ribuan warga turun ke jalan, didukung oposisi dan kelompok mahasiswa, menuntut perubahan mendasar dalam tata kelola negara. Aksi ini melumpuhkan Kathmandu dan menimbulkan ketidakpastian politik serta ekonomi. Dari peristiwa ini, Indonesia dapat belajar pentingnya menepati janji politik, menjaga stabilitas ekonomi, membuka ruang dialog publik, dan memberantas korupsi agar kepercayaan rakyat tetap terjaga.

Sep 14, 2025 - 06:05
 0  8
Gejolak Nepal: Demo Jalanan, Latar Belakang, dan Pelajaran bagi Indonesia

Eksplora.id – Kathmandu kembali menjadi sorotan dunia internasional setelah ribuan warga turun ke jalan dalam unjuk rasa yang mengguncang ibu kota Nepal. Gelombang demonstrasi ini mencuat bukan semata-mata karena persoalan harga kebutuhan pokok, melainkan juga akumulasi kekecewaan publik terhadap tata kelola pemerintahan dan lambannya reformasi pasca-konstitusi baru diberlakukan.


Latar Belakang

Nepal merupakan negara dengan sejarah politik penuh gejolak. Dari monarki mutlak, revolusi rakyat, hingga transisi menjadi republik federal, perjalanan politiknya sarat dengan tarik-menarik kepentingan. Sejak konstitusi 2015 disahkan, ekspektasi rakyat Nepal sangat tinggi: janji pemerataan pembangunan, stabilitas ekonomi, hingga transparansi pemerintahan. Namun, kenyataan di lapangan berbeda. Ekonomi melambat, korupsi masih mengakar, dan kesenjangan antarwilayah makin tajam.


Pemicu Demo

Gelombang demonstrasi terbaru dipicu oleh lonjakan harga pangan dan bahan bakar yang memberatkan rakyat. Kondisi ini diperparah oleh kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada masyarakat kelas bawah. Mahasiswa, kelompok buruh, hingga masyarakat sipil bersatu dalam aksi menuntut reformasi segera.

“Pemerintah telah gagal menepati janji-janji konstitusi. Rakyat menuntut perubahan nyata, bukan hanya wacana,” ujar salah satu aktivis mahasiswa di Kathmandu, dikutip media setempat.


Tokoh di Balik Aksi

Beberapa tokoh oposisi turut menyuarakan dukungan terhadap demonstrasi ini. Pemimpin Partai Kongres Nepal dan beberapa anggota parlemen muda terlihat turun langsung ke lapangan. Selain itu, serikat pekerja dan aliansi mahasiswa menjadi motor penggerak konsolidasi massa, membuat aksi ini semakin besar dan sulit diabaikan oleh pemerintah.


Dampak Demo

Dampak jangka pendek terlihat jelas: aktivitas ekonomi di Kathmandu lumpuh, sekolah-sekolah ditutup sementara, serta jalur distribusi logistik tersendat. Dalam jangka panjang, instabilitas politik ini berpotensi menghambat investasi asing dan memperdalam jurang ketidakpercayaan antara rakyat dengan pemerintah. Meski begitu, di sisi lain, unjuk rasa juga memperlihatkan semakin kuatnya partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi.


Pelajaran bagi Indonesia

Apa yang terjadi di Nepal bisa menjadi cermin berharga bagi Indonesia. Ada beberapa poin penting:

  1. Janji politik harus diikuti tindakan nyata. Rakyat akan cepat kehilangan kepercayaan bila janji hanya berhenti di panggung kampanye.
  2. Kesejahteraan ekonomi adalah kunci stabilitas politik. Kenaikan harga bahan pokok bisa menjadi percikan yang menyalakan api ketidakpuasan.

  3. Partisipasi publik harus dikelola dengan dialog. Demonstrasi bisa dicegah bila ada ruang komunikasi yang sehat antara pemerintah dan rakyat.

  4. Institusi negara harus bersih dan transparan. Korupsi adalah racun yang mempercepat runtuhnya kepercayaan masyarakat.


Nepal sedang berada di persimpangan jalan: apakah mampu keluar dari krisis politik dan ekonomi, atau justru terjerumus lebih dalam. Bagi Indonesia, kisah Nepal ini mengingatkan bahwa demokrasi bukan hanya soal sistem, melainkan juga soal komitmen pemimpin untuk menjaga amanah rakyat.