Babak Baru di Kementerian Keuangan: Dari Stabil ke Proyeksi Pertumbuhan Tinggi
Presiden Prabowo resmi mengganti Sri Mulyani dengan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan RI. Pergantian ini dipicu oleh dinamika politik-ekonomi, tekanan publik, serta evaluasi kabinet. Purbaya, ekonom lugas yang sebelumnya memimpin LPS, kini menghadapi tantangan berat: menstabilkan pasar, menjaga disiplin fiskal, sekaligus mendukung program pro-rakyat. Publik berharap kebijakan fiskal tetap kuat namun inklusif, mampu menarik kepercayaan investor, serta menghadirkan pertumbuhan yang benar-benar dirasakan masyarakat.

Eksplora.id – Presiden Prabowo Subianto resmi merombak Kabinet Merah Putih dalam Keppres Nomor 86/P Tahun 2025, termasuk mengganti Sri Mulyani Indrawati dengan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan baru. Pergantian ini menjadi sorotan utama dalam reshuffle kedua sejak masa pemerintahan dimulai.
Mengapa Ada Pergantian? Radical, tapi Tidak Tanpa Alasan
Sejumlah pengamat mencermati ada dua faktor utama di balik pergantian ini:
-
Tekanan publik & demonstrasi sosial: Dua pekan terakhir diawali dengan gelombang unjuk rasa tinggi tuntutan keadilan ekonomi, terutama menyangkut legislator dan beban bunga hidup, yang memicu kondisi politik ekonomi memanas.
-
Prerogatif presiden atas evaluasi kabinet: Mensesneg Prasetyo Hadi menegaskan bahwa keputusan pergantian bukan karena mundur atau pencopotan, melainkan bagian dari evaluasi pemerintahan serta hak prerogatif presiden.
Reaksi pasar segera bermunculan: indeks saham utama dan nilai tukar rupiah turun tajam, menunjukkan kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal ke depan.
Profil Purbaya Yudhi Sadewa: Ekonom Bertangan Tegas
Berikut profil sosok baru di pucuk Kementerian Keuangan:
-
Latar belakang & karier: Lahir 7 Juli 1964 di Bogor, Purbaya adalah lulusan Teknik ITB dan MSc serta PhD dari Purdue University. Ia pernah menjadi President Director Danareksa Securities (2006–2008) dan sejak 2020 menjabat sebagai Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
-
Gaya kepemimpinan: Dikenal sebagai ekonom yang lugas—atau bahkan cenderung sinis—terhadap prediksi lembaga internasional seperti IMF.
-
Komitmen pertumbuhan: Menganggap target pertumbuhan 8 % oleh Presiden bukan hal mustahil. Berjanji mendorong kedua sektor—pemerintah dan swasta—tanpa memberlakukan pajak baru.
Jejak Rekam dan Tantangan yang Menanti
-
Rekam jejak profesional: Selama hampir 25 tahun berkecimpung di sektor ekonomi, Purbaya pernah membantu kabinet SBY dan Jokowi, termasuk dalam penanganan krisis COVID-19.
-
Tantangan berat: Mewarisi tugas besar—menstabilkan kembali kepercayaan pasar dan menjaga kendali fiskal, sambil mendukung program sosial pemerintah seperti subsidi makanan gratis yang menjadi polemik.
-
Jalan ke depan: Analisis pasar menyebut momentum ini sebagai ujian konsistensi fiskal dan peluang bagi kebijakan pro-pertumbuhan.
Harapan Publik Indonesia kepada Menkeu Baru
Dalam suasana politik dan ekonomi yang fluktuatif, masyarakat Indonesia berharap:
-
Menjaga disiplin anggaran: Melanjutkan kebijakan ketat yang dapat membendung defisit berlebihan dan menjaga stabilitas jangka panjang.
-
Merancang kebijakan inklusif: Mampu mengimplementasikan program pro-rakyat tanpa mengorbankan kesehatan fiskal.
-
Bangkitkan investor: Kembalinya kepercayaan pasar terhadap arah ekonomi Indonesia dan kebijakan antisipatif terhadap volatilitas.
-
Pertumbuhan yang dirasakan rakyat: Bukan hanya angka makro, tapi perubahan nyata bagi lapisan bawah—terutama lewat pendidikan, kesehatan, dan usaha mikro.
Perubahan di pucuk ekonomi itu bukan sekadar ganti orang, melainkan babak baru: dari simbol stabilitas menuju akselerasi pro-rakyat. Satu hal pasti: Purbaya Yudhi Sadewa akan diuji penuh—apakah mampu memadukan efisiensi fiskal, pertumbuhan, dan keadilan sosial dalam satu formulasi kebijakan.