Penjualan Mobil & Motor Anjlok, Daya Beli Konsumen Tertekan

Industri otomotif Indonesia sedang tertekan akibat melemahnya daya beli masyarakat. Penjualan mobil wholesale pada 2024 turun menjadi 865 ribu unit, lebih rendah 13,9% dibanding 2023. Tren ini berlanjut pada Januari–Juli 2025 yang hanya mencapai 435 ribu unit. Pasar sepeda motor juga melambat. AISI mencatat penjualan 2024 sekitar 6,3 juta unit, sementara hingga Juli 2025 baru 3,69 juta unit, menandakan perlambatan signifikan. Faktor utama penurunan adalah melemahnya daya beli rumah tangga, akses kredit yang semakin ketat, serta kebijakan fiskal yang menambah biaya kepemilikan kendaraan. Ketua Umum GAIKINDO, Yohannes Nangoi, menyebut penjualan domestik memang turun, namun masih berharap target 800 ribu unit bisa tercapai pada 2025. Pemerintah dan industri kini dihadapkan pada tantangan menjaga daya beli sekaligus stabilitas fiskal. Stimulus tepat sasaran, inovasi produk, dan strategi pembiayaan menjadi kunci pemulihan pasar otomotif.

Sep 9, 2025 - 08:32
Sep 9, 2025 - 08:34
 0  13
Penjualan Mobil & Motor Anjlok, Daya Beli Konsumen Tertekan

Eksplora.id — Tekanan ekonomi terasa nyata di jalanan: baik pasar mobil maupun sepeda motor Indonesia menunjukkan tanda pelemahan. Data resmi dan proyeksi industri memperlihatkan tren penurunan penjualan yang berkaitan erat dengan melemahnya daya beli rumah tangga, kebijakan fiskal yang baru, serta akses kredit yang lebih ketat — faktor yang menekan keputusan pembelian barang durable seperti kendaraan bermotor.


Angka-angka yang Menunjukkan Perlambatan

  • Mobil (wholesale): Pada 2024, distribusi mobil baru secara wholesale turun menjadi 865.723 unit, turun sekitar 13.9% dari 2023. Tren penurunan berlanjut ke 2025: kumulatif wholesale Januari–Juli 2025 tercatat 435.390 unit, lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu. Angka ini memicu kehati-hatian pelaku industri terhadap target penjualan tahunan.

  • Sepeda motor: Pasar roda dua, yang tradisionalnya lebih tahan krisis karena fungsionalitasnya bagi mobilitas sehari-hari, juga mengalami perlambatan. Penjualan sepeda motor tahunan sekitar ~6,3 juta unit pada 2024, sementara kumulatif Januari–Juli 2025 mencapai ~3,69 juta unit, menunjukkan laju yang lebih lambat dibanding tahun sebelumnya. 


Penyebab: Daya Beli, Kredit, dan Kebijakan Pajak

Beberapa faktor utama yang disebut pelaku pasar sebagai pemicu penurunan:

  1. Daya beli rumah tangga melemah — indeks kepercayaan konsumen bergejolak sepanjang 2025; Bank Indonesia mencatat Consumer Confidence Index yang sempat melunak pada beberapa bulan awal 2025, menandakan kehati-hatian konsumsi rumah tangga.

  2. Kondisi kredit lebih ketat — bank dan lembaga pembiayaan semakin selektif memasuki siklus suku bunga dan kenaikan NPL, sehingga cicilan kendaraan menjadi pertimbangan berat bagi konsumen. (Laporan industri & analis pasar). 

  3. Kebijakan pajak dan biaya kepemilikan — perubahan tarif dan kebijakan fiskal di tingkat pusat dan daerah (termasuk penyesuaian PPn/PPnBM dan pungutan daerah) turut memengaruhi total biaya kepemilikan kendaraan, sehingga beberapa konsumen menunda pembelian.


Suara Pelaku Industri dan Pejabat

Yohannes Nangoi, Ketua Umum GAIKINDO, menyatakan kehati-hatian industri: “Domestic sales are down. But I still hope to reach 800,000 units,” ucapnya saat menyoroti kondisi pasar setengah pertama 2025, menandai bahwa target industri perlu disesuaikan dengan realitas pasar. Pernyataan ini menggambarkan optimisme hati-hati di tengah angka penurunan.


Sementara itu, Bank Indonesia dan kementerian terkait beberapa kali mengingatkan bahwa perlambatan konsumsi akan menjadi fokus kebijakan makro—termasuk stimulus terarah untuk menopang daya beli—sebagai respons terhadap pelemahan demand yang terlihat di sektor ritel dan otomotif.


Dampak dan Respons Industri

  • Dealer & pembiayaan: Promo, paket kredit lebih menarik, dan penyesuaian stok menjadi taktik kedua pihak untuk menjaga arus kas. Namun, dorongan ini menekan margin.

  • Peralihan produk & strategi: Pabrikan lebih agresif mempromosikan model ringan, kendaraan listrik entry-level (di pasar mobil maupun motor), serta program trade-in untuk menyuntikkan permintaan. Namun, adopsi EV masih terbatas karena faktor harga dan infrastruktur.


Apa Artinya bagi Konsumen dan Negara

Penurunan penjualan kendaraan bukan hanya soal angka industri — efeknya menyebar ke sektor terkait: pemasok komponen, logistik, pembiayaan, dan lapangan kerja. Di sisi lain, pemerintah dihadapkan pada dilema: bagaimana mendorong konsumsi tanpa mengorbankan stabilitas fiskal? Paket stimulus dan insentif yang ditargetkan menjadi jalan yang coba ditempuh pemerintah, namun efektivitasnya bergantung pada kecepatan implementasi dan sasaran kebijakan.


Butuh Sinergi Cepat dan Tepat

Data menunjukkan satu pesan tegas: pasar otomotif Indonesia masuk fase adaptasi. Pelemahan daya beli membuat konsumen menunda pembelian, dan industri harus menyeimbangkan antara menjaga arus kas, menyesuaikan target, dan berinovasi pada produk yang relevan dengan kebutuhan baru masyarakat. Sinergi kebijakan fiskal, stimulus tepat sasaran, serta inovasi produk dan pembiayaan diperlukan untuk mengembalikan momentum — tanpa mengorbankan stabilitas ekonomi makro.