“Lipstick Effect”: Strategi Bisnis Cerdas untuk UMKM Bertahan di Masa Sulit

Ketika ekonomi melambat dan daya beli masyarakat menurun, banyak pelaku usaha panik karena penjualan ikut terseret turun. Namun, dunia bisnis besar punya satu strategi unik untuk tetap bertahan

Nov 4, 2025 - 18:18
 0  4
“Lipstick Effect”: Strategi Bisnis Cerdas untuk UMKM Bertahan di Masa Sulit
sumber foto : pixabay

Eksplora.id - Ketika ekonomi melambat dan daya beli masyarakat menurun, banyak pelaku usaha panik karena penjualan ikut terseret turun. Namun, dunia bisnis besar punya satu strategi unik untuk tetap bertahan — Lipstick Effect. Fenomena ini kini mulai dilirik oleh pelaku UMKM sebagai cara jitu menjaga omzet di tengah tekanan ekonomi.

Apa Itu Lipstick Effect?

Istilah Lipstick Effect pertama kali diperkenalkan oleh Leonard Lauder, Chairman Estée Lauder, di awal tahun 2000-an. Ia menemukan hal menarik: setelah tragedi 11 September 2001, saat ekonomi Amerika Serikat sedang lesu, penjualan lipstik justru meningkat.

Artinya, meski orang mengurangi pengeluaran besar, mereka tetap membeli barang kecil yang membuat mereka merasa bahagia, percaya diri, dan “masih bisa menikmati hidup.” Fenomena inilah yang disebut Lipstick Effect — keinginan konsumen untuk membeli produk kecil dengan nilai emosional tinggi meski sedang berhemat.

Contohnya, ketika orang tak lagi berani beli gadget mahal, mereka mungkin tetap membeli kopi susu kekinian, lilin aromaterapi, atau produk skincare dengan harga terjangkau. Barang-barang ini memberi efek psikologis: rasa nyaman, tenang, dan tetap “rewarding” meski kondisi ekonomi tidak bersahabat.

Antara Habit dan Momentum

Secara teori, Lipstick Effect sering dianggap sebagai bentuk self-reward saat stres ekonomi melanda. Konsumen mencari pengganti kebahagiaan dalam bentuk kecil namun berarti. Namun, apakah efek ini benar-benar menjadi kebiasaan jangka panjang, atau sekadar muncul saat krisis?

Penelitian dari University of California (2020) menyebut bahwa Lipstick Effect bersifat situasional — muncul saat pendapatan menurun, tetapi masyarakat masih memiliki sedikit ruang untuk berbelanja. Jika krisis memburuk dan daya beli benar-benar jatuh, bahkan pembelian kecil pun akan terhenti. Artinya, fenomena ini hanya bisa dimanfaatkan selama masyarakat masih memiliki kebutuhan emosional untuk merasa “baik-baik saja.”

Bagaimana UMKM Bisa Menerapkan Strategi Ini?

Mungkin terdengar seperti teori besar dari dunia korporasi, tapi sebenarnya konsep Lipstick Effect sangat bisa diterapkan oleh pelaku UMKM — tentu dengan pendekatan yang lebih sederhana dan dekat dengan konsumen.

  1. Ciptakan Produk dengan Nilai Emosional Tinggi
    Fokuslah pada produk kecil yang punya emotional appeal. Misalnya, sabun handmade dengan aroma relaksasi, minuman herbal dengan kemasan estetik, atau makanan ringan nostalgia yang memberi rasa “hangat di masa sulit.”

  2. Buat Pengalaman Pembelian yang Menyenangkan
    Konsumen di masa sulit ingin hiburan kecil dari pengalaman belanja. Kemasan yang menarik, pesan positif di label, atau pelayanan yang ramah bisa jadi faktor penting dalam menciptakan rasa puas dan bahagia.

  3. Tawarkan Produk Versi Mini atau Paket Hemat
    Alih-alih menurunkan harga drastis, UMKM bisa membuat mini size atau trial pack agar tetap terjangkau. Strategi ini memungkinkan konsumen menikmati produk tanpa merasa terbebani secara finansial.

  4. Gunakan Cerita dan Emosi sebagai Nilai Jual
    Orang cenderung membeli produk yang punya kisah — misalnya, dibuat oleh pengrajin lokal, ramah lingkungan, atau hasil karya perempuan mandiri. Narasi seperti ini memperkuat koneksi emosional antara produk dan pembeli.

Dari Lipstik ke Loyalitas

Fenomena Lipstick Effect mengajarkan bahwa dalam bisnis, orang tidak selalu membeli karena butuh, tapi karena ingin merasa lebih baik. Di sinilah peluang besar bagi UMKM.

Dengan memahami sisi psikologis konsumen, pelaku usaha bisa menyesuaikan strategi penjualan tanpa harus bergantung pada diskon besar atau promosi agresif. Kuncinya ada pada perasaan yang ditawarkan produk, bukan sekadar harganya.

Krisis ekonomi memang menantang, tapi bukan berarti tak ada peluang. Dunia bisnis besar sudah lama memanfaatkan Lipstick Effect untuk bertahan — dan kini saatnya UMKM melakukan hal yang sama.

Selama masih ada kebutuhan manusia untuk merasa senang, cantik, nyaman, atau berharga, akan selalu ada pasar untuk produk kecil yang membawa kebahagiaan sederhana. Jadi, jangan hanya fokus pada penurunan daya beli — fokuslah pada apa yang membuat orang tetap ingin membeli.***

Baca juga berita lainnya :

fenomena-lipstick-effect-bisnis-parfum-tetap-melejit-di-tengah-ekonomi-yang-melambat