Indonesia Masuk 5 Besar Negara dengan Penderita Diabetes Terbanyak di Dunia
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2024, Indonesia kini menempati peringkat kelima sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, dengan angka mencapai lebih dari 20,4 juta orang dewasa berusia 20–79 tahun yang hidup dengan penyakit ini.

Eksplora.id — Indonesia kembali menjadi sorotan dunia kesehatan. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2024, Indonesia kini menempati peringkat kelima sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, dengan angka mencapai lebih dari 20,4 juta orang dewasa berusia 20–79 tahun yang hidup dengan penyakit ini.
Posisi Indonesia berada di bawah China, India, Amerika Serikat, dan Brasil. Kondisi ini menunjukkan meningkatnya beban penyakit tidak menular (PTM) di Tanah Air yang semakin mengkhawatirkan.
Mayoritas Penderita Tidak Menyadari Kondisinya
Lebih dari separuh penderita diabetes di Indonesia belum mengetahui bahwa mereka mengidap penyakit tersebut.
Data Katadata (2024) yang mengutip laporan IDF menyebut, sekitar 73,7% penderita diabetes di Indonesia tidak terdiagnosis, menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dunia dalam proporsi penderita yang belum menyadari penyakitnya.
Hal ini disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pemeriksaan kesehatan rutin serta masih terbatasnya fasilitas deteksi dini di daerah.
“Banyak masyarakat tidak sadar bahwa gaya hidup mereka berisiko tinggi. Pola makan tinggi gula, garam, dan lemak serta kurang aktivitas fisik menjadi penyebab utama meningkatnya kasus diabetes,” dikutip dari laporan CISDI (Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives) melalui Edisi Indonesia, 6 Juli 2025.
Gaya Hidup Modern Picu Lonjakan Kasus
Pakar kesehatan menilai perubahan pola hidup masyarakat modern menjadi faktor dominan meningkatnya prevalensi diabetes. Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK), makanan cepat saji, serta rendahnya aktivitas fisik menjadi kebiasaan umum terutama di kalangan muda dan masyarakat urban.
Sebuah penelitian dari Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang diterbitkan dalam Jurnal KEMAS menyebutkan bahwa obesitas, hipertensi, dan kurang aktivitas fisik memiliki hubungan signifikan terhadap peningkatan kasus diabetes di tingkat provinsi.
Selain itu, faktor sosial ekonomi juga berpengaruh, karena sebagian besar masyarakat belum memiliki kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala.
Dampak Ekonomi dan Sosial yang Meningkat
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga menimbulkan beban ekonomi yang besar bagi negara.
Dalam laporan IDF 2024, disebutkan bahwa biaya langsung dan tidak langsung akibat diabetes di Indonesia mencapai lebih dari USD 7 miliar per tahun, meliputi pengobatan, komplikasi, hingga hilangnya produktivitas kerja.
Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi berat seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan gangguan penglihatan. Hal ini berpotensi menurunkan kualitas hidup sekaligus membebani sistem kesehatan nasional.
Perlu Aksi Nyata dari Hulu
Melihat tren yang terus meningkat, para ahli menilai pengendalian diabetes harus dimulai dari pencegahan berbasis gaya hidup dan edukasi publik.
Langkah seperti pembatasan konsumsi MBDK, pelabelan nutrisi yang lebih jelas, serta kampanye nasional deteksi dini dinilai efektif untuk menekan pertumbuhan angka penderita baru.
“Upaya pengendalian diabetes harus dimulai dari hulu — yaitu gaya hidup dan pola makan masyarakat. Tanpa perubahan perilaku, jumlah penderita akan terus meningkat,” dikutip dari pernyataan IDF di situs resmi diabetesatlas.org tahun 2024.
Selain itu, penguatan layanan kesehatan primer juga diperlukan agar masyarakat dapat mengakses pemeriksaan dan pengobatan secara mudah dan cepat.
Dengan jumlah penderita lebih dari 20 juta orang dewasa, Indonesia kini menghadapi tantangan besar dalam mengatasi epidemi diabetes. Rendahnya kesadaran, gaya hidup tidak sehat, serta akses kesehatan yang belum merata menjadi tantangan yang harus segera dijawab.
Jika tidak ada langkah konkret, jumlah penderita diabetes di Indonesia diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan — menjadikan penyakit ini “silent killer” yang mengancam masa depan kesehatan bangsa.
Baca juga artikel lainnya :
work-life-balance-vs-hustle-culture-generasi-muda-di-persimpangan-karier