BBCA Kembali Jadi Sorotan Investor: Stabil di Tengah Gejolak Pasar

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku pasar modal Indonesia.

Oct 20, 2025 - 10:59
 0  5
BBCA Kembali Jadi Sorotan Investor: Stabil di Tengah Gejolak Pasar

eksplora.id - Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku pasar modal Indonesia. Di tengah fluktuasi pasar dan arus jual asing yang cukup besar, emiten perbankan swasta terbesar di Tanah Air ini justru memperlihatkan ketahanan fundamental yang kuat dan strategi bisnis yang konsisten.

Selama kuartal ketiga tahun 2025, harga saham BBCA sempat mengalami tekanan akibat aksi jual asing yang mencapai triliunan rupiah. Meski demikian, secara teknikal dan fundamental, BBCA tetap menunjukkan kinerja solid yang menjadi daya tarik tersendiri bagi investor jangka panjang.

Fundamental Tetap Kuat di Tengah Aksi Jual Asing

Data laporan keuangan terakhir menunjukkan total aset BBCA mencapai lebih dari Rp1.449 triliun, tumbuh dari periode sebelumnya sebesar Rp1.408 triliun. Pertumbuhan kredit juga tercatat positif, didukung oleh rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) yang terus menurun di bawah 2%.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Kinerja tersebut mencerminkan manajemen risiko yang hati-hati dan efisiensi operasional yang tinggi. Rasio CASA (current account dan savings account) yang mencapai sekitar 82%, menjadi salah satu yang tertinggi di industri perbankan nasional, menandakan kekuatan BBCA dalam menghimpun dana murah dari nasabah.

“Kami tetap berkomitmen untuk menjaga likuiditas dan kualitas aset. Fokus kami bukan hanya pada pertumbuhan, tapi juga keberlanjutan,” ujar salah satu jajaran manajemen BBCA dalam laporan publikasi kinerjanya.

Sentimen Pasar dan Dinamika Investor

Salah satu penyebab BBCA menjadi trending adalah maraknya diskusi di kalangan investor terkait pergerakan harga saham yang dinilai undervalued. Setelah sempat menembus posisi tertinggi di awal tahun, harga BBCA kini berada di level yang dianggap menarik untuk akumulasi jangka panjang.

Banyak analis memandang bahwa koreksi saham BBCA lebih dipicu oleh faktor eksternal — seperti tekanan global, kebijakan suku bunga, dan aksi jual asing — ketimbang pelemahan fundamental. Beberapa lembaga riset bahkan memperkirakan target harga BBCA dapat menembus kisaran Rp10.000 – Rp10.500 per saham hingga akhir tahun, jika tren pemulihan ekonomi berlanjut.

“BBCA adalah saham defensif dengan likuiditas tinggi. Koreksi yang terjadi justru membuka peluang bagi investor jangka panjang,” dikutip dari Kontan.co.id (2025).

Digitalisasi dan Inovasi Jadi Daya Dorong Baru

Selain kinerja keuangan, tren positif BBCA juga ditopang oleh transformasi digital yang terus berkembang. Aplikasi BCA Mobile dan platform digital lainnya menjadi tulang punggung pertumbuhan transaksi non-tunai yang meningkat signifikan, terutama dari segmen ritel dan UMKM.

BBCA mencatat pertumbuhan transaksi digital lebih dari 25% secara tahunan, seiring meningkatnya kepercayaan nasabah terhadap layanan online. Hal ini menjadi bukti bahwa bank tidak hanya bertahan di tengah disrupsi teknologi, tetapi juga memimpin perubahan.

“Kami melihat tren transaksi digital sebagai masa depan perbankan. Fokus kami adalah memperkuat pengalaman nasabah sekaligus efisiensi operasional,” ungkap pihak manajemen dalam pernyataan tertulis.

Tantangan dan Prospek ke Depan

Meski fundamentalnya solid, BBCA tidak lepas dari tantangan. Kompetisi antarbank semakin ketat, terutama dengan munculnya bank digital dan platform fintech. Selain itu, kondisi ekonomi global dan arah kebijakan suku bunga domestik juga berpotensi memengaruhi margin keuntungan.

Namun demikian, para pengamat menilai BBCA masih menjadi emiten paling stabil di sektor keuangan Indonesia, berkat model bisnis yang konservatif dan basis nasabah yang loyal. Dalam jangka menengah, posisi BBCA diyakini tetap kuat sebagai pemimpin pasar dengan risiko yang relatif rendah.

Stabilitas dan Kepercayaan Jadi Modal Utama

Di saat banyak emiten lain goyah oleh gejolak pasar, BBCA tetap tampil sebagai bank dengan fondasi kuat dan strategi bisnis yang adaptif. Kombinasi antara kinerja keuangan yang solid, kekuatan digitalisasi, serta loyalitas nasabah menjadikan saham BBCA terus menarik untuk diperbincangkan — baik oleh investor institusional maupun ritel.

Dengan prospek ekonomi Indonesia yang mulai membaik, BBCA berpotensi kembali menjadi pilihan utama bagi mereka yang mencari stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang di pasar modal.

Baca juga artikel lainnya :

purbaya effect jadi katalis melesatnya ihsg namun bayang-bayang fed rate hike masih mengintai