Bisnis Makanan Kukusan: Tren Sehat yang Menjanjikan
Usaha makanan kukusan makin populer sebagai alternatif sehat. Bahan sederhana, proses tanpa minyak goreng, dan tren gaya hidup sehat jadi kunci sukses bisnis ini.

Eksplora.id - Belakangan ini, camilan atau makanan utama yang dikukus semakin banyak dilirik—bukan hanya karena rasa, tapi juga karena semua manfaat kesehatannya. Seperti yang dilaporkan di Banten, makanan kukus “viral” karena tanpa minyak, tanpa pengawet, dan lebih bergizi dibanding makanan digoreng. Di sisi bisnis, industri makanan sehat memang sedang naik daun. Menurut riset, permintaan makanan sehat di Indonesia terus meningkat pasca pandemi, dengan konsumen yang makin peduli terhadap kandungan gizi, proses produksi, dan transparansi bahan.
Maka dari itu, bisnis kukusan punya posisi strategis: mudah dimulai, populer, dan sesuai dengan tren “healthy eating”.
Peluang Bisnis Kukusan yang Bisa Digarap
Berikut beberapa alasan mengapa bisnis kukusan bisa jadi pilihan cerdas:
-
Proses sederhana & biaya rendah
Mengukus tidak membutuhkan banyak minyak atau alat berat; cocok untuk UMKM dengan modal terbatas. -
Bahan lokal dan mudah diakses
Ubi, pisang, jagung, edamame—bahan ini bisa dibeli di pasar tradisional dan punya potensi margin menarik. -
Nilai tambah kesehatan & gaya hidup
Konsumen sekarang mencari makanan yang “lebih sehat, bersih, dan alami”. Kukusan membantu memenuhi kebutuhan tersebut. -
Pemasaran digital & viralitas mudah
Visual uap kukusan, proses steaming, hingga packaging menarik bisa jadi konten media sosial yang viral—menarik untuk Gen Z dan millennial.
Strategi untuk Memulai Bisnis Kukusan
Untuk membuat bisnis kukusan yang tidak hanya “tren sesaat” tapi berkelanjutan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
-
Tentukan segmen pasar: apakah Anda menyasar pekerja kantoran yang butuh snack praktis? Ataukah keluarga muda yang menginginkan camilan sehat untuk anak?
-
Berkolaborasi dengan ahli gizi atau mencantumkan informasi nutrisi: ini bisa meningkatkan kredibilitas produk healthy food.
-
Inovasi varian dan rasa: misalnya kukusan ubi dengan topping kacang almond, pisang kukus dengan madu, atau jagung kukus dengan rempah lokal—agar tidak monoton.
-
Gunakan kemasan ramah lingkungan: konsumen makanan sehat juga peduli aspek keberlanjutan.
-
Gunakan kanal digital dan platform online: agar jangkauan luas dan bebas dari batas lokasi.
Tantangan yang Harus Diwaspadai
Tidak semua bisnis makanan sehat otomatis sukses. Beberapa tantangan yang harus dihadapi:
-
Persaingan meningkat: karena semakin banyak pelaku bisnis makanan sehat masuk pasar. Maka inovasi dan diferensiasi menjadi kunci.
-
Harga bahan baku dan produksi bisa naik: terutama bahan lokal organik atau impor bisa mengalami fluktuasi.
-
Persepsi “makanan sehat = mahal”: banyak konsumen masih menganggap makanan sehat lebih mahal, sehingga strategi harga perlu dipertimbangkan.
-
Mempertahankan kualitas dan keaslian produk: penting agar tidak hanya sekadar tren sementara.
Kisah Sukses: Contoh Merek Kukusan Lokal
Sebuah koperasi UMKM bernama C’Kukush di Padang Panjang menunjukkan bagaimana bisnis kukusan bisa tumbuh dari dapur kecil hingga perhatian publik. Mereka menawarkan camilan kukus berbahan sederhana—ubi, jagung, edamame—tanpa pengawet dengan harga mulai Rp8.000–Rp15.000 per porsi.
Kunci keberhasilan mereka:
-
Fokus pada bahan segar dan proses kukus yang sehat.
-
Membidik kebutuhan pasar: camilan sehat untuk keluarga muda dan pekerja.
-
Branding yang kuat: “Hangatnya kukusan, sehatnya pilihan”.
Prospek ke Depan
Dengan kesadaran konsumsi makanan sehat yang terus naik, bisnis kukusan punya potensi untuk berkembang pesat. Tidak hanya sebagai camilan, namun bisa jadi pilihan utama untuk makan siang sehat, snack post-workout, atau bekal anak sekolah.
Jika dijalankan dengan strategi tepat—mulai dari bahan, proses, pemasaran, hingga branding—bisnis kukusan bisa menjadi rumah bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan.***
Baca juga artikel lainnya :
jajanan-pasar-warisan-kuliner-nusantara-yang-tetap-eksis-dan-jadi-peluang-usaha-menjanjikan