Kawasan Bentang Alam Seblat di Bengkulu Terancam, Gajah Sumatera Kehilangan Habitat
Bentang Alam Seblat di Bengkulu kehilangan 1.585 hektare hutan akibat konversi kelapa sawit. Perubahan ini mengancam habitat dan koridor migrasi gajah sumatera, menandai kemunduran perlindungan konservasi di wilayah kritis.
Eksplora.id - Kabar tidak menyenangkan datang dari Bentang Alam Seblat, Bengkulu. Kawasan yang selama ini menjadi rumah bagi gajah sumatera kini kehilangan sekitar 1.585 hektare hutan akibat konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit. Dampaknya bukan sekadar jumlah pohon yang berkurang, tetapi juga koridor migrasi alami gajah terganggu.
Bagi gajah sumatera, hutan bukan cuma tempat tinggal. Ini adalah sumber makanan, ruang bermain, dan jalur aman mereka untuk berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain. Dengan hutan yang berkurang, gajah jadi lebih mungkin masuk ke kebun warga atau pemukiman, meningkatkan risiko konflik manusia-satwa.
Hutan Berganti Sawit, Apa Dampaknya?
Konversi hutan menjadi perkebunan sawit memang sering terjadi di Indonesia, tapi Bentang Alam Seblat sebelumnya dikenal sebagai wilayah aman bagi gajah. Kehilangan 1.585 hektare hutan setara dengan hampir 1.500 lapangan sepak bola, cukup signifikan untuk ekosistem lokal.
Selain gajah, flora dan fauna lain yang hidup di sana juga ikut terdampak. Sumber air, tanaman, burung, hingga serangga berisiko kehilangan habitat mereka. Fragmentasi ini membuat ekosistem menjadi rapuh dan berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan alam.
Mengapa Ini Jadi Masalah Besar?
Gajah sumatera termasuk satwa Critically Endangered, alias hampir punah. Hilangnya habitat berarti:
-
Gajah sulit menemukan makanan dan pasangan.
-
Koridor migrasi terputus, membuat mereka terisolasi.
-
Potensi konflik dengan manusia meningkat, karena gajah mencari lahan alternatif.
Masalah ini bukan hanya soal satwa, tapi juga keamanan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Para pakar menyarankan beberapa langkah agar gajah tetap punya rumah di Bentang Alam Seblat:
-
Rehabilitasi hutan di wilayah kritis.
-
Membuat koridor migrasi supaya gajah bisa bergerak aman.
-
Mengawasi konversi lahan agar tidak merusak habitat lebih lanjut.
-
Edukasi masyarakat tentang pentingnya konservasi gajah dan dampak kehilangan habitat.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan gajah sumatera tetap punya ruang hidup yang cukup dan konflik dengan manusia bisa diminimalkan.
Bentang Alam Seblat bukan sekadar hutan biasa. Ia adalah rumah bagi gajah sumatera, salah satu satwa paling ikonik di Indonesia. Kehilangan 1.585 hektare hutan akibat sawit menandai tantangan serius bagi konservasi satwa.
Melindungi hutan, memperkuat koridor migrasi, dan mengedukasi masyarakat menjadi kunci agar gajah sumatera tetap bisa hidup aman dan bahagia di habitat aslinya. Ini bukan hanya soal satwa, tapi juga soal menjaga warisan alam Indonesia untuk generasi mendatang.***
Baca juga artikel lainnya :
air-suci-di-banke-bihari-temple-ternyata-hanya-air-kondensasi-ac

