Bisnis Pernikahan Kian Menjanjikan: Peluang Usaha Poade, Dekor, MUA, dan WO di Era Digital

Industri pernikahan tak pernah sepi peminat. Dari jasa poade, dekor pengantin, tarub, MUA, hingga WO, semua punya peluang besar dengan profit menjanjikan. Pasar yang luas, tren pernikahan personal, dan strategi branding digital jadi kunci sukses bersaing. Namun, tantangan persaingan harga dan modal awal tetap perlu diwaspadai.

Sep 23, 2025 - 10:49
 0  46
Bisnis Pernikahan Kian Menjanjikan: Peluang Usaha Poade, Dekor, MUA, dan WO di Era Digital

Eksplora.id – Pernikahan adalah momen sakral yang selalu membutuhkan sentuhan estetika dan perencanaan matang. Dari penyedia poade (pelaminan), dekor pengantin, tarub (tenda), jasa make up artist (MUA), hingga wedding organizer (WO), semua lini usaha dalam industri ini kian terbuka luas seiring meningkatnya tren pernikahan modern dan personalisasi acara.


Analisa Peluang Usaha

Pasar pernikahan di Indonesia sangat besar. Berdasarkan data BPS, rata-rata terdapat lebih dari 1,8 juta pernikahan setiap tahun. Setiap pasangan umumnya mengalokasikan anggaran mulai dari Rp50 juta hingga ratusan juta rupiah untuk pesta pernikahan. Segmen inilah yang menjadikan usaha poade, dekorasi, MUA, dan WO memiliki potensi profit signifikan.

  • Poade & Dekor Pengantin: Menjadi elemen utama yang paling terlihat. Tren saat ini mengarah pada dekorasi tematik, minimalis, hingga rustic yang membuat pasar semakin variatif.

  • Tarub/Tenda: Selalu dibutuhkan untuk pernikahan di rumah atau outdoor, dengan nilai sewa mulai Rp5 juta – Rp30 juta tergantung ukuran dan fasilitas.

  • MUA: Profesi yang terus naik daun. Tarif MUA pengantin bisa berkisar Rp3 juta – Rp20 juta per acara, sementara untuk bridesmaid dan keluarga biasanya Rp500 ribu – Rp1,5 juta per orang.

  • Wedding Organizer: Menjadi kunci sukses penyelenggaraan. Fee WO biasanya dihitung 10–15% dari total biaya acara, bisa mencapai Rp10 juta – Rp50 juta untuk satu pernikahan.


Potensi Market dan Profit

Target pasar terbagi menjadi tiga:

  1. Pasangan muda urban yang menginginkan konsep modern dan praktis.

  2. Pasangan tradisional di daerah yang tetap setia pada adat, tetapi terbuka pada sentuhan estetika baru.

  3. Pasar menengah ke atas yang rela mengeluarkan budget besar untuk pesta mewah dan personalisasi.

Dengan rata-rata margin keuntungan 30–40% dari modal, industri pernikahan ini dianggap sebagai salah satu sektor jasa paling stabil. Bahkan, pandemi yang sempat menahan laju industri kini justru melahirkan tren baru, seperti intimate wedding yang lebih personal namun tetap elegan.


Analisa Kompetitor

Persaingan di industri ini cukup ketat. Beberapa pemain lama sudah memiliki nama besar dengan paket lengkap. Namun, masih banyak ruang bagi pemain baru, terutama dengan keunikan konsep:

  • MUA dengan spesialisasi make up natural.

  • Dekorasi bertema eco-friendly menggunakan material ramah lingkungan.

  • WO dengan layanan all-in-one berbasis aplikasi digital untuk memudahkan komunikasi dengan klien.


Pemain baru bisa bersaing dengan strategi diferensiasi layanan dan kekuatan branding di media sosial.

Tantangan di Era Digital

Meski peluangnya besar, ada sejumlah tantangan:

  • Persaingan harga: Konsumen kerap membandingkan harga secara online, sehingga pelaku usaha harus jeli menjaga kualitas dan value.

  • Branding digital: Tanpa portofolio visual di Instagram, TikTok, atau website, usaha akan sulit bersaing.

  • Manajemen SDM: Tenaga kerja harus memiliki keterampilan teknis dan pelayanan yang baik, karena reputasi usaha mudah tersebar lewat ulasan digital.

  • Modal awal: Investasi peralatan dekorasi, properti tarub, serta produk kosmetik MUA cukup besar.


Industri pernikahan adalah sektor yang tidak pernah mati. Selama ada pasangan yang menikah, maka permintaan akan jasa poade, dekorasi, tarub, MUA, hingga WO akan terus ada. Kuncinya, pelaku usaha harus mampu beradaptasi dengan tren digital, memanfaatkan media sosial sebagai etalase portofolio, serta menawarkan konsep kreatif yang relevan dengan kebutuhan generasi muda.