Fenomena Unik di China: Lebih dari 70.000 Driver Delivery Bergelar S2 hingga Doktor

Siapa sangka di balik helm dan jaket anti-angin para pengantar makanan dan paket di jalanan China, tersimpan segudang gelar akademik?

Apr 16, 2025 - 23:55
 0  6
Fenomena Unik di China: Lebih dari 70.000 Driver Delivery Bergelar S2 hingga Doktor
sumber foto : gg

Eksplora.id - Siapa sangka di balik helm dan jaket anti-angin para pengantar makanan dan paket di jalanan China, tersimpan segudang gelar akademik? Data terbaru dari Meituan dan Ele.me, dua platform layanan pengantaran terbesar di Tiongkok, menunjukkan bahwa lebih dari 70.000 driver delivery yang aktif saat ini adalah lulusan strata dua (S2) bahkan hingga doktoral (S3).

Fenomena ini menggambarkan dinamika baru di pasar tenaga kerja China yang makin kompetitif dan penuh tekanan. Banyak lulusan perguruan tinggi ternama, termasuk dari universitas top seperti Tsinghua dan Peking University, memilih menjadi kurir demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Bukan Pilihan Terakhir, Tapi Jalan Tengah

Bagi sebagian dari mereka, pekerjaan ini bukanlah bentuk kegagalan, melainkan solusi pragmatis di tengah tantangan ekonomi yang kompleks. Dengan latar belakang pendidikan tinggi, para kurir ini tidak hanya mengandalkan kecepatan dan ketepatan waktu, tetapi juga menerapkan manajemen waktu, strategi efisiensi rute, dan layanan pelanggan yang prima.

Seorang driver berusia 29 tahun bernama Zhang Wei, lulusan master di bidang Bioteknologi, mengaku memilih menjadi driver karena fleksibilitas waktu. "Saya sedang merintis bisnis kecil. Sambil menunggu investor, saya tetap perlu pemasukan. Jadi saya bekerja sebagai kurir. Lumayan, saya bisa menghasilkan 8.000 yuan per bulan," ujarnya.

Masalah Struktural di Dunia Kerja

Namun, fenomena ini juga menyoroti persoalan mendalam terkait pasar kerja dan mismatch antara pendidikan tinggi dengan lapangan kerja yang tersedia. China meluluskan lebih dari 11 juta mahasiswa setiap tahun, namun penciptaan lapangan kerja tak sebanding dengan jumlah lulusan.

Situasi ini diperparah dengan perlambatan ekonomi pasca pandemi, serta restrukturisasi besar-besaran di sektor teknologi dan keuangan yang selama ini menjadi magnet utama bagi para lulusan.

Profesor Li Xueqin dari Beijing Normal University mengatakan, “Banyak lulusan sekarang mengalami overqualification—di mana tingkat pendidikan mereka lebih tinggi dari tuntutan pekerjaan yang tersedia. Ini bukan hanya persoalan angka, tapi juga pertanyaan tentang arah kebijakan pendidikan dan ketenagakerjaan negara."

Antara Gengsi dan Realita

Bagi sebagian besar masyarakat, melihat lulusan master atau doktor mengantarkan makanan masih dianggap ironis. Namun, di kalangan muda urban China, pekerjaan apa pun yang halal dan menghasilkan tak lagi menjadi soal gengsi.

“Justru saya salut dengan mereka yang mau kerja keras dan tidak hanya mengandalkan ijazah,” komentar seorang pengguna media sosial di Weibo yang mendapat ribuan likes.

Refleksi untuk Masa Depan

Fenomena ini bukan sekadar cerita unik dari negeri tirai bambu, melainkan cermin dari tantangan global: bagaimana menciptakan ekosistem pendidikan dan pekerjaan yang saling selaras. Di era digital ini, fleksibilitas dan keterampilan adaptif menjadi kunci, dan gelar akademik bukan lagi jaminan mutlak untuk mendapatkan pekerjaan mapan.

Dengan lebih dari 70.000 kurir bergelar tinggi yang tetap bekerja dengan semangat dan dedikasi, China sekali lagi menunjukkan wajah kompleks dari modernitas yang sarat pelajaran — bahwa kecerdasan, kerja keras, dan ketahanan mental bisa tampil dalam berbagai bentuk, bahkan dari balik kotak makanan panas.

Baca juga artikel lainnya :

cina-sediakan-robot-kurir-di-hotel-dan-apartment