Kisah Adit Prayoga, Founder Rumah Makan Gratis Ciangsana: Dari Palembang untuk Indonesia

Adit Prayoga, pemuda asal Palembang, mendirikan Rumah Makan Gratis Ciangsana di Bogor sejak 2020. Berawal dari dapur kecil saat pandemi, kini ratusan porsi makanan dibagikan gratis setiap hari. Lahir dari keluarga sederhana, Adit membuktikan bahwa berbagi tidak harus menunggu kaya. Kisahnya jadi inspirasi bahwa kebaikan bisa lahir dari siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Sep 14, 2025 - 07:45
 0  9
Kisah Adit Prayoga, Founder Rumah Makan Gratis Ciangsana: Dari Palembang untuk Indonesia

Eksplora.id, Bogor – Sosok Adit Prayoga, pendiri Rumah Makan Gratis Ciangsana, menjadi inspirasi banyak orang. Lahir dari keluarga sederhana di Palembang, Sumatera Selatan, perjalanan hidup Adit penuh lika-liku sebelum akhirnya mendirikan rumah makan yang kini dikenal luas sebagai simbol kepedulian sosial.


Latar Belakang dari Palembang

Adit Prayoga lahir di Palembang pada 7 Juli 1992. Ia tumbuh besar di kawasan Bukit Besar. Ayahnya berdarah Jawa dan bekerja sebagai sopir angkot, sementara ibunya asli Palembang dan seorang ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluarga yang terbatas membuat Adit harus berhenti sekolah sejak kelas I SMP.


Meski hidup dalam keterbatasan, Adit sudah terbiasa melihat ibunya menanamkan nilai kepedulian pada tetangga sekitar. “Ibu sering bilang, meskipun kita susah, jangan pernah berhenti berbagi,” kenang Adit. Prinsip inilah yang kemudian menjadi pondasi kehidupannya.


Awal Mula Rumah Makan Gratis

Selepas remaja, Adit merantau ke Jakarta demi mencari penghidupan. Di sana, ia pernah bekerja serabutan, mulai dari kuli bangunan hingga berdagang. Kehidupan keras di perantauan membekas dalam dirinya, terutama saat ia menyaksikan banyak orang kesulitan untuk sekadar makan sehari-hari.


Gagasan mendirikan rumah makan gratis muncul pada 2020, saat pandemi Covid-19 melanda. Banyak warga kehilangan pekerjaan, termasuk di kawasan Ciangsana, Bogor, tempat Adit menetap. Dengan modal dapur sederhana dan bantuan beberapa sahabat, ia mulai memasak dan membagikan makanan secara gratis.


Perjalanan Rumah Makan Gratis

Rumah Makan Gratis Ciangsana berkembang pesat dari dapur kecil menjadi bangunan permanen dengan fasilitas yang lebih layak. Konsepnya sederhana: siapa pun boleh makan tanpa harus membayar. Dari 20–30 porsi per hari di awal, kini ratusan porsi bisa dibagikan setiap harinya.


Pekerja informal, ojek daring, musafir, hingga warga sekitar menjadi tamu setia rumah makan ini. Meski tantangan terbesar selalu soal pendanaan, Adit tak pernah patah semangat. “Rezeki itu selalu ada kalau niat kita tulus. Sampai sekarang, alhamdulillah tidak pernah putus,” ujarnya.


Hikmah dan Inspirasi

Perjalanan Adit mengajarkan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk berbagi. Rumah Makan Gratis Ciangsana bukan sekadar tempat makan, melainkan juga simbol harapan dan gotong royong.


Apa yang dilakukan Adit memberi pesan kuat: berbagi tidak harus menunggu kaya. Dari langkah kecil dan ketulusan hati, manfaat besar bisa dirasakan banyak orang. “Saya ingin orang merasakan bahwa masih ada kebaikan di dunia. Kalau bisa berbagi hari ini, kenapa harus menunggu esok?” kata Adit.


Dari Palembang untuk Indonesia

Dari Palembang hingga Ciangsana, jejak langkah Adit Prayoga menunjukkan bahwa kebaikan bisa tumbuh dari siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Rumah Makan Gratis Ciangsana adalah wujud nyata bahwa kepedulian sosial tidak mengenal batas.