Rupiah Anjlok ke Rp4.011 per Ringgit, Tersungkur ke Level Terendah Sejak 2007
Rupiah anjlok ke Rp4.011 per ringgit—terlemah sejak 2007. Sepanjang 2025 rupiah melemah 11,67% sementara ringgit menguat tajam. Simak analisis lengkap perbedaan ekonomi Indonesia dan Malaysia.
Eksplora.id - Nilai tukar rupiah kembali melemah dan menembus level psikologis Rp4.000 per ringgit Malaysia. Pada perdagangan terbaru, rupiah tercatat berada di posisi Rp4.011 per ringgit—menjadi titik terlemah dalam 18 tahun terakhir sejak 2007. Tren ini semakin menegaskan tekanan besar yang dihadapi rupiah sepanjang 2025.
Data menunjukkan, sejak awal tahun rupiah telah melemah 11,67% terhadap ringgit, menjadikannya salah satu mata uang dengan performa terburuk di kawasan Asia. Sementara itu, ringgit justru bergerak ke arah sebaliknya: menguat signifikan dan mencetak kinerja impresif.
Ringgit Menguat Ditopang Kebijakan Stabil dan Arus Modal Masuk
Penguatan ringgit Malaysia tak lepas dari kombinasi faktor internal dan eksternal yang memperkuat kepercayaan investor. Bank Negara Malaysia menerapkan kebijakan moneter yang stabil dan konsisten, memberikan kepastian lebih besar bagi pelaku pasar.
Selain itu, arus masuk dana asing meningkat signifikan ke berbagai sektor, mulai dari obligasi hingga investasi langsung. Optimisme terhadap prospek ekonomi Malaysia turut memperkuat posisi ringgit di kancah global.
Sepanjang 2025, ringgit bahkan menguat 6,4% terhadap dolar AS—berpotensi menjadi kenaikan tahunan terbesar sejak 2017. Momentum ini menjadikan ringgit sebagai salah satu mata uang paling kuat di Asia, di tengah gejolak ekonomi global.
Rupiah Tertekan Faktor Eksternal dan Perbedaan Kebijakan Moneter
Sementara ringgit menikmati penguatan, rupiah justru berada pada tren sebaliknya. Tekanan eksternal seperti ketidakpastian global, aliran dana keluar, dan volatilitas pasar keuangan menjadi faktor utama yang membebani nilai tukar rupiah.
Perbedaan arah kebijakan moneter juga turut memperlebar jarak dengan ringgit. Ketika Malaysia berada pada fase stabil, Indonesia menghadapi tantangan menyeimbangkan inflasi, pertumbuhan, dan suku bunga di tengah dinamika global yang berubah cepat.
Sentimen investor pun terpecah, dengan sebagian besar memilih aset yang dinilai lebih aman atau memberikan return lebih stabil—dan dalam konteks ini, Malaysia berhasil menarik perhatian lebih besar dibandingkan Indonesia.
Kontras Ekonomi Dua Negara Makin Terlihat
Pelemahan rupiah hingga menembus Rp4.011 per ringgit mencerminkan kontras mendalam antara kondisi ekonomi Indonesia dan Malaysia sepanjang 2025. Malaysia diuntungkan oleh stabilitas kebijakan, arus modal yang kuat, serta ekspektasi ekonomi yang positif.
Di sisi lain, Indonesia masih harus menghadapi tekanan global dan tantangan domestik untuk memperkuat fundamental ekonomi. Perbedaan inilah yang membuat jarak antara rupiah dan ringgit semakin melebar, hingga mencapai level yang belum pernah disentuh sejak hampir dua dekade terakhir.
Ke depan, perbaikan sentimen pasar, stabilisasi kebijakan moneter, dan penguatan sektor domestik menjadi faktor penting untuk mengembalikan posisi rupiah agar lebih stabil menghadapi persaingan regional.
Lemahnya rupiah hingga melewati Rp4.000 per ringgit menjadi sinyal penting bagi perekonomian Indonesia. Perbedaan performa kedua mata uang ini menunjukkan bahwa stabilitas kebijakan, arus investasi, dan kepercayaan pasar memiliki peranan besar dalam menjaga kekuatan nilai tukar.
Sementara ringgit terus menguat, rupiah memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk kembali menarik minat investor dan memperbaiki fundamental ekonomi dalam jangka panjang.***
Baca juga artikel lainnya :
malaysia-akan-deklarasi-sebagai-negara-maju-tahun-ini-melampaui-indonesia-20-tahun-lebih-cepat

