Kenapa Semut Merah Suka Menggigit, tapi Semut Hitam Jarang? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Semut merah dikenal lebih agresif dan sering menggigit, sementara semut hitam cenderung tidak. Artikel ini membahas perbedaan perilaku, jenis racun, dan fungsi gigitan semut berdasarkan penjelasan ilmiah.
Eksplora.id - Banyak orang bertanya-tanya, kenapa semut merah dikenal agresif dan sering menggigit, sementara semut hitam cenderung lebih “kalem” dan jarang menyerang manusia. Padahal sama-sama semut, hidup berkoloni, dan sering ditemui di sekitar rumah. Ternyata, perbedaan perilaku ini bukan kebetulan, melainkan berkaitan dengan jenis, sistem pertahanan, dan cara bertahan hidup masing-masing semut.
Perbedaan Jenis dan Karakter Semut
Istilah “semut merah” dan “semut hitam” sebenarnya merujuk pada beberapa spesies yang berbeda. Semut merah yang sering menggigit biasanya termasuk dalam kelompok semut api (fire ant) atau semut rangrang kecil, sedangkan semut hitam rumah umumnya berasal dari spesies yang lebih pasif.
Semut merah dikenal memiliki sifat teritorial yang kuat. Mereka sangat protektif terhadap sarang dan koloninya. Ketika merasa terganggu—entah karena diinjak, disentuh, atau hanya didekati—semut merah akan segera bereaksi dengan menggigit atau menyengat sebagai bentuk pertahanan.
Sebaliknya, semut hitam lebih mengandalkan strategi menghindar. Saat merasa terancam, mereka cenderung lari atau berpencar daripada menyerang.
Sistem Pertahanan yang Berbeda
Salah satu alasan utama semut merah sering menggigit adalah karena mereka memang “dipersenjatai”. Banyak semut merah memiliki rahang kuat dan kelenjar racun. Saat menggigit, mereka dapat menyuntikkan zat kimia seperti asam format atau alkaloid yang menimbulkan rasa perih, panas, bahkan gatal berkepanjangan di kulit manusia.
Gigitan semut merah bukan sekadar reaksi spontan, melainkan bagian dari mekanisme bertahan hidup. Rasa sakit yang ditimbulkan berfungsi untuk mengusir predator agar tidak mendekati sarang mereka lagi.
Sementara itu, semut hitam umumnya tidak memiliki racun yang kuat. Rahangnya lebih kecil dan fungsinya lebih banyak untuk mengangkut makanan, bukan menyerang. Karena itulah, meski semut hitam bisa menggigit, efeknya hampir tidak terasa oleh manusia.
Pola Hidup dan Lingkungan
Semut merah biasanya hidup di area terbuka seperti kebun, tanah lapang, atau pekarangan. Lingkungan ini membuat mereka lebih sering bersinggungan dengan ancaman, baik dari hewan lain maupun manusia. Akibatnya, evolusi membentuk mereka menjadi lebih agresif dan responsif terhadap gangguan.
Semut hitam lebih sering hidup di dalam rumah atau area yang relatif aman. Mereka fokus mencari makanan manis atau sisa makanan tanpa perlu mempertahankan wilayah secara agresif. Strategi hidup mereka adalah bertahan dengan jumlah besar dan kecepatan, bukan serangan.
Kenapa Gigitan Semut Merah Lebih Terasa Sakit?
Selain karena racun, semut merah sering menyerang secara berkelompok. Saat satu semut menggigit, semut lain akan ikut menyerang di area yang sama. Inilah yang membuat gigitan semut merah terasa lebih menyiksa dibandingkan semut hitam yang jarang menyerang bersama-sama.
Pada beberapa orang, gigitan semut merah bahkan bisa memicu reaksi alergi ringan seperti bentol, gatal hebat, atau pembengkakan.
Semut merah suka menggigit karena memang diciptakan alam sebagai serangga yang agresif, teritorial, dan memiliki sistem pertahanan aktif. Gigitan mereka adalah cara melindungi koloni dari ancaman. Sementara semut hitam memilih cara bertahan yang lebih pasif dengan menghindar dan mencari makanan tanpa konfrontasi.
Jadi, jika bertemu semut merah di kebun atau halaman, sebaiknya berhati-hati dan tidak mengganggu sarangnya. Karena bagi mereka, menggigit bukan iseng—itu soal bertahan hidup.**DS
Baca juga artikel lainnya :
bo-tai-kien-djot-kuliner-ekstrem-vietnam-yang-dimasak-dengan-gigitan-semut-api-berani-coba

