Man Flu Bukan Sekadar Drama: Ini Penjelasan Ilmiahnya

Man flu bukan sekadar drama. Secara ilmiah, sistem imun pria dan wanita merespons infeksi secara berbeda, membuat gejala flu pada pria bisa terasa lebih berat dan berkepanjangan.

Dec 30, 2025 - 03:44
 0  1
Man Flu Bukan Sekadar Drama: Ini Penjelasan Ilmiahnya
Sumber foto : Istock

Eksplora.id - Istilah man flu sering kali digunakan dengan nada bercanda untuk menggambarkan kondisi ketika pria terlihat “lebih menderita” saat terserang flu dibandingkan wanita. Gejalanya dianggap berlebihan—lebih lemas, lebih banyak mengeluh, dan butuh waktu lebih lama untuk pulih. Namun, anggapan bahwa man flu hanyalah drama ternyata tidak sepenuhnya benar. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tubuh pria dan wanita memang merespons infeksi dengan cara yang berbeda.

Perbedaan Respons Sistem Imun Pria dan Wanita

Secara biologis, sistem kekebalan tubuh wanita cenderung lebih aktif dan responsif dibandingkan pria. Hormon estrogen yang dominan pada wanita diketahui dapat memperkuat respons imun terhadap virus dan bakteri. Sebaliknya, hormon testosteron pada pria justru berperan menekan respons imun tertentu.

Akibatnya, saat virus flu atau infeksi pernapasan menyerang, tubuh pria bisa membutuhkan waktu lebih lama untuk melawan patogen tersebut. Respons imun yang lebih lambat ini membuat gejala flu—seperti demam, nyeri otot, sakit kepala, dan kelelahan—terasa lebih berat dan berlangsung lebih lama.

Mengapa Gejala Flu pada Pria Terasa Lebih Parah?

Ketika tubuh melawan infeksi, sistem imun akan memicu peradangan sebagai mekanisme pertahanan. Pada pria, proses ini sering kali kurang efisien di awal, sehingga virus memiliki waktu lebih panjang untuk berkembang. Inilah yang menyebabkan pria cenderung merasa “jatuh sakit” secara drastis saat flu menyerang.

Beberapa studi juga menunjukkan bahwa pria lebih rentan mengalami komplikasi flu, seperti infeksi saluran pernapasan bawah, dibandingkan wanita. Bahkan, tingkat rawat inap akibat flu musiman pada pria dewasa tercatat lebih tinggi di sejumlah negara.

Faktor Psikologis dan Sosial Ikut Berperan

Selain faktor biologis, aspek psikologis dan sosial juga memengaruhi cara pria dan wanita menghadapi sakit. Banyak pria terbiasa menahan rasa sakit atau mengabaikan gejala ringan. Ketika akhirnya tubuh tidak mampu lagi menoleransi infeksi, kondisi yang dirasakan sudah cukup berat.

Di sisi lain, wanita cenderung lebih cepat merespons tanda-tanda awal penyakit, seperti segera beristirahat atau mencari pengobatan. Perbedaan pola ini turut memengaruhi persepsi bahwa pria “lebih parah” saat flu.

Man Flu dalam Perspektif Medis

Dari sudut pandang medis, man flu bukanlah diagnosis resmi. Namun, istilah ini digunakan untuk menggambarkan fenomena nyata tentang perbedaan respons imun berdasarkan jenis kelamin. Beberapa ahli bahkan menyebut bahwa keluhan pria saat flu memiliki dasar biologis yang valid, bukan semata-mata berlebihan.

Meski demikian, hal ini bukan berarti pria harus meremehkan flu atau wanita kebal terhadapnya. Flu tetap merupakan penyakit infeksi yang bisa berbahaya bagi siapa saja, terutama kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan orang dengan penyakit penyerta.

Cara Menghadapi Flu dengan Lebih Bijak

Baik pria maupun wanita, langkah terbaik saat flu adalah memberikan waktu bagi tubuh untuk pulih. Istirahat cukup, asupan cairan yang memadai, nutrisi seimbang, serta pengobatan sesuai anjuran tenaga medis sangat penting. Vaksinasi flu juga menjadi langkah pencegahan yang efektif untuk mengurangi risiko gejala berat.

Man flu bukan sekadar drama atau stereotip sosial. Secara ilmiah, perbedaan hormon dan sistem imun membuat tubuh pria dan wanita merespons infeksi dengan cara yang tidak sama. Pada pria, respons imun yang lebih lambat dapat membuat gejala flu terasa lebih berat. Memahami hal ini membantu kita lebih empatik sekaligus lebih bijak dalam menjaga kesehatan, tanpa meremehkan keluhan siapa pun saat sedang sakit.**DS

Baca juga artikel lainnya :

negara-negara-eropa-butuh-jutaan-tenaga-kerja-asal-indonesia-di-sektor-jasa