"Tri Mumpuni: Ilmuwan Indonesia yang Mendunia dan Dijuluki ‘Wanita Listrik’"
Dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, Indonesia patut berbangga memiliki sosok inspiratif seperti Tri Mumpuni.

Eksplora.id - Dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, Indonesia patut berbangga memiliki sosok inspiratif seperti Tri Mumpuni. Ia bukan hanya seorang ilmuwan, tetapi juga agen perubahan yang secara nyata telah membantu mengubah wajah kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia. Dikenal luas dengan julukan “Wanita Listrik,” Tri Mumpuni telah menerangi puluhan desa terpencil melalui teknologi ramah lingkungan: Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro (PLTMH). Lewat inovasi ini, ia membawa harapan dan cahaya bagi masyarakat yang selama bertahun-tahun hidup tanpa akses listrik.
Kiprah Awal Sang Ilmuwan
Tri Mumpuni lahir di Semarang dan sejak muda memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Ia mengenyam pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan kemudian melanjutkan studi di bidang ekonomi pembangunan. Namun, jalan hidup membawanya bukan hanya menjadi akademisi, tetapi juga pegiat sosial dan teknologi. Bersama sang suami, Iskandar Budisaroso Kuntoadji, Tri Mumpuni mendirikan Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat.
IBEKA menjadi rumah bagi berbagai proyek inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, salah satunya adalah pengembangan PLTMH. Teknologi ini memanfaatkan aliran sungai kecil untuk menghasilkan listrik dengan skala kecil, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan desa-desa terpencil. Tidak hanya menyediakan listrik, tetapi juga memberikan dampak berantai terhadap ekonomi, pendidikan, dan kesehatan masyarakat setempat.
Pembangkit Listrik untuk Negeri
Hingga kini, Ibu Tri – begitu ia akrab disapa – telah berhasil mengembangkan dan membangun lebih dari 80 PLTMH di berbagai wilayah terpencil di Indonesia, mulai dari pelosok Sumatera hingga pedalaman Papua. Ia tidak hanya datang membawa teknologi, tetapi juga menyertakan pelatihan, edukasi, serta pemberdayaan masyarakat agar mereka dapat mengelola dan merawat sendiri pembangkit listrik tersebut.
Filosofi yang ia pegang teguh adalah bahwa masyarakat tidak hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga harus menjadi subjek dari pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu, proyek-proyek yang ia rancang selalu melibatkan komunitas lokal, baik dalam proses perencanaan, pembangunan, maupun pengelolaannya.
Keberhasilan proyek-proyek ini membuat banyak desa yang dulunya gelap gulita saat malam kini dapat menikmati listrik untuk kebutuhan rumah tangga, sekolah, dan kegiatan ekonomi produktif. Dampaknya terasa nyata: anak-anak bisa belajar pada malam hari, ibu-ibu bisa menjalankan usaha kecil, dan masyarakat bisa mengakses informasi lebih luas melalui televisi dan radio.
Pengakuan Dunia Internasional
Dedikasi dan konsistensi Tri Mumpuni dalam memperjuangkan energi berkeadilan tidak luput dari perhatian dunia. Ia telah menerima berbagai penghargaan internasional, termasuk Ashden Award di London dan Ramon Magsaysay Award, yang dikenal sebagai "Nobel Asia." Namanya bahkan tercatat dalam daftar 500 Ilmuwan Muslim Paling Berpengaruh di Dunia, sebuah pengakuan prestisius yang menempatkannya sejajar dengan tokoh-tokoh besar dari berbagai belahan dunia.
Majalah Forbes Asia juga pernah menyebut namanya sebagai salah satu tokoh wanita paling berpengaruh di Asia Tenggara. Tak hanya itu, pada tahun 2011, ia diundang secara khusus oleh Presiden Barack Obama ke Gedung Putih untuk membagikan pengalaman dan pemikirannya mengenai energi terbarukan dan pemberdayaan masyarakat.
Mimpi Besar Seorang Ibu Bangsa
Di balik pencapaian luar biasanya, Tri Mumpuni tetap tampil sederhana. Baginya, pencapaian bukanlah tujuan akhir, tetapi alat untuk terus memperluas manfaat. Ia bermimpi suatu hari nanti tidak ada lagi desa di Indonesia yang hidup tanpa listrik. Ia percaya bahwa akses terhadap energi bukanlah kemewahan, melainkan hak dasar setiap warga negara.
Ia juga menekankan pentingnya kemandirian energi dan keberlanjutan lingkungan. Di tengah krisis iklim dan ketimpangan ekonomi global, inovasi seperti PLTMH merupakan solusi yang relevan dan terjangkau. Ia mendorong lebih banyak generasi muda Indonesia untuk terjun ke dunia riset dan teknologi, tidak hanya untuk mengejar karier, tetapi untuk menciptakan perubahan nyata bagi masyarakat.
Tri Mumpuni bukan hanya sekadar ilmuwan, tetapi simbol harapan dan pencerahan bagi Indonesia. Julukan “Wanita Listrik” bukan hanya merujuk pada penemuan teknologinya, tetapi juga pada semangatnya yang menyala-nyala dalam menerangi kehidupan banyak orang. Ia membuktikan bahwa dengan ilmu, ketulusan, dan semangat juang, seorang individu mampu menciptakan perubahan besar bahkan dari tempat yang paling sederhana sekalipun.
Semoga langkah dan semangat Ibu Tri terus menginspirasi kita semua untuk berbuat, berkarya, dan berbagi demi Indonesia yang lebih terang dan berkeadilan.
Baca juga artikel lainnya :
sosok mulan versi indonesia the sin nio pejuang yang menyamar jadi pria demi melawan belanda