Tanpa Sadar, Setiap Hari Kita Makan Plastik!

Bayangkan setiap hari, tanpa disadari, kita menelan partikel plastik yang ukurannya bahkan lebih kecil dari biji pasir

Apr 18, 2025 - 23:21
 0  4
Tanpa Sadar, Setiap Hari Kita Makan Plastik!
Sumber foto : Istock

Eksplora.id - 

Bayangkan setiap hari, tanpa disadari, kita menelan partikel plastik yang ukurannya bahkan lebih kecil dari biji pasir. Mikroplastik—partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter—kini telah menjadi bagian tak terelakkan dari kehidupan manusia modern. Dari nasi yang kita makan, garam yang kita taburkan, hingga air kemasan yang kita minum—semuanya berpotensi mengandung mikroplastik. Ironisnya, gaya hidup praktis dengan plastik justru membuat tubuh kita menjadi tempat pembuangan sampah mikro.

Plastik di Meja Makan Kita

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa mikroplastik telah mencemari hampir semua sumber makanan. Penelitian oleh Universitas Newcastle di Australia mengungkapkan bahwa rata-rata orang bisa menelan hingga 5 gram plastik per minggu—setara dengan satu kartu ATM! Dalam studi lain, garam dapur dari berbagai merek ditemukan mengandung partikel plastik mikroskopis. Air kemasan pun tidak luput; WHO pernah melaporkan bahwa 90% dari botol air minum kemasan mengandung mikroplastik.

Lebih menyeramkan lagi, mikroplastik juga ditemukan dalam hasil laut, sayuran, bahkan udara yang kita hirup. Mikroplastik masuk ke tubuh kita melalui mulut, hidung, dan bahkan bisa terserap melalui kulit. Plastik tidak hanya masuk melalui makanan olahan, tetapi juga dari debu rumah, kosmetik, pakaian sintetis, dan produk perawatan tubuh.

Efek Mengerikan Mikroplastik bagi Tubuh

Meskipun ukurannya kecil, dampak mikroplastik terhadap kesehatan sangat besar. Salah satu temuan paling mengejutkan adalah bagaimana mikroplastik bisa menembus sawar darah-otak, lapisan pelindung yang menjaga otak dari zat berbahaya. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa paparan mikroplastik dapat membuat fungsi otak melambat hingga 36 kali lebih buruk dibandingkan normal. Ini bukan hanya sekadar "lemot," tapi bisa berarti gangguan fungsi kognitif, konsentrasi yang buruk, bahkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.

Selain mengganggu fungsi otak, mikroplastik juga bisa menyebabkan peradangan kronis, kerusakan organ dalam, serta gangguan sistem hormon (endokrin). Mikroplastik dapat membawa zat kimia berbahaya seperti BPA, ftalat, dan logam berat yang sudah lama diketahui berdampak buruk bagi kesuburan, pertumbuhan anak, hingga memicu kanker.

Siapa yang Bertanggung Jawab?

Masalah mikroplastik bukan hanya soal individu yang tidak sadar akan bahaya plastik, tapi lebih pada sistem yang belum berpihak pada lingkungan dan kesehatan. Pemerintah perlu mengambil peran lebih tegas. Peraturan mengenai larangan mikroplastik primer—seperti yang ada dalam scrub wajah, pasta gigi, dan produk kecantikan lainnya—harus diberlakukan secara luas dan ketat. Tidak hanya itu, pemerintah juga harus memperbaiki sistem pengelolaan sampah nasional, yang masih tertinggal jauh dibanding negara-negara lain.

Selain itu, regulasi soal kemasan plastik sekali pakai harus diperketat. Produsen makanan, minuman, dan barang konsumsi lainnya harus diwajibkan untuk mengurangi penggunaan plastik dan berinvestasi dalam inovasi ramah lingkungan. Solusi seperti kemasan guna ulang, bahan biodegradable, hingga sistem refill perlu didorong dan difasilitasi.

Masyarakat pun berhak mendapatkan edukasi dan pilihan yang sehat. Tidak semua orang punya akses terhadap air bersih tanpa kemasan plastik atau makanan organik bebas kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat sipil untuk membangun ekosistem yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Saatnya Berubah: Dari Konsumen ke Pejuang Lingkungan

Meskipun tanggung jawab besar ada pada pembuat kebijakan dan produsen, bukan berarti kita sebagai individu tidak bisa berbuat apa-apa. Langkah-langkah kecil seperti:

  • Mengurangi konsumsi air dalam botol plastik sekali pakai,

  • Membawa tas belanja sendiri,

  • Menghindari produk dengan kandungan mikroplastik,

  • Mendukung brand yang punya komitmen lingkungan,

  • Ikut serta dalam kegiatan daur ulang dan edukasi sampah,

…semua itu dapat menciptakan perubahan besar jika dilakukan secara kolektif.

Kita hidup di era plastik, dan tanpa sadar, kita juga memakannya setiap hari. Ini bukan sekadar isu lingkungan, tapi juga darurat kesehatan publik. Mikroplastik telah menyusup ke setiap sudut kehidupan dan berdampak langsung pada otak, hormon, dan masa depan generasi mendatang. Saatnya kita menuntut perubahan: sistem pengelolaan sampah yang lebih baik, pelarangan mikroplastik primer, regulasi industri yang ketat, dan inovasi ramah lingkungan yang nyata.

Karena kalau tidak sekarang, kapan lagi? Jangan tunggu sampai anak cucu kita lahir dengan plastik di tubuhnya. Plastik mungkin praktis, tapi hidup sehat dan berkelanjutan jauh lebih penting.

Baca juga artikel lainnya :

jepang-temukan-plastik-ramah-lingkungan-yang-cepat-terurai-di-laut-dan-tanah