Mager Banget! Indonesia Jadi Juara Dunia Kurang Bergerak

Jan 19, 2025 - 19:11
 0  5
Mager Banget! Indonesia Jadi Juara Dunia Kurang Bergerak

Eksplora.id - Penelitian dari Stanford University pada tahun 2017 menobatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat aktivitas fisik terendah di dunia. Dalam studi yang menganalisis data dari lebih dari 700.000 pengguna aplikasi pelacak langkah di 111 negara, ditemukan bahwa rata-rata orang Indonesia hanya berjalan 3.513 langkah per hari. Angka ini jauh di bawah rata-rata global sebesar 4.961 langkah per hari. Sebaliknya, Hong Kong menempati posisi teratas sebagai negara paling aktif, dengan rata-rata langkah harian mencapai 6.880. Perbedaan besar ini memberikan gambaran tentang bagaimana gaya hidup dan kebiasaan harian memengaruhi tingkat aktivitas fisik masyarakat di berbagai negara.


Mengapa Indonesia?

Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya rata-rata langkah harian di Indonesia:

  1. Infrastruktur Publik yang Tidak Mendukung: Banyak wilayah perkotaan di Indonesia yang minim trotoar atau fasilitas pejalan kaki yang aman dan nyaman.
  2. Ketergantungan pada Kendaraan: Masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor, bahkan untuk jarak pendek, dibandingkan berjalan kaki.
  3. Budaya dan Kebiasaan: Gaya hidup sedentari, seperti bekerja di depan layar komputer atau menghabiskan waktu dengan gadget, turut menyumbang rendahnya aktivitas fisik.

Dampak Ekonomi 

Rendahnya aktivitas fisik masyarakat Indonesia tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga menimbulkan konsekuensi ekonomi yang signifikan:

  1. Biaya Kesehatan yang Tinggi: Minimnya aktivitas fisik berkontribusi pada meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi obesitas meningkat tajam dari 19,1% pada 2007 menjadi 35,4% pada 2018.
    • Efek Ekonomi: Tingginya angka penyakit ini menyebabkan meningkatnya biaya perawatan kesehatan, baik bagi individu maupun pemerintah. Hal ini membebani anggaran negara dan mengurangi alokasi untuk sektor produktif lainnya.
  2. Penurunan Produktivitas Tenaga Kerja: Kesehatan yang buruk akibat gaya hidup sedentari memengaruhi produktivitas tenaga kerja, dengan tingginya tingkat absensi dan penurunan kinerja.
    • Efek Ekonomi: Dalam skala nasional, ini dapat menurunkan output ekonomi dan mengurangi daya saing Indonesia di pasar global.
  3. Ketergantungan pada Kendaraan Bermotor: Budaya bergantung pada kendaraan untuk perjalanan jarak pendek meningkatkan konsumsi bahan bakar dan kemacetan.
    • Efek Ekonomi: Ketergantungan ini memperbesar pengeluaran energi dan mengurangi efisiensi transportasi, yang dapat memperlebar defisit perdagangan akibat impor energi.
  4. Peluang di Industri Kesehatan dan Kebugaran: Rendahnya aktivitas fisik membuka peluang bagi pertumbuhan sektor kesehatan dan kebugaran, seperti gym, aplikasi pelacak aktivitas, dan makanan sehat.
    • Efek Ekonomi: Hal ini menciptakan peluang bisnis baru yang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja.
  5. Potensi Pariwisata Berbasis Aktivitas Fisik: Dengan memperbaiki infrastruktur publik untuk mendukung aktivitas fisik, Indonesia bisa mengembangkan pariwisata berbasis gaya hidup sehat, seperti ekowisata atau wisata olahraga.
    • Efek Ekonomi: Ini dapat meningkatkan pendapatan negara dari sektor pariwisata dan mendukung promosi Indonesia sebagai tujuan wisata sehat.

Solusi Pemerintah dan Masyarakat

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama. Berikut beberapa langkah solusinya:

  1. Meningkatkan Fasilitas Umum: Penyediaan trotoar, jalur sepeda, dan ruang terbuka hijau dapat mendorong masyarakat untuk lebih banyak berjalan kaki.
  2. Kampanye Gaya Hidup Sehat: Pemerintah dan media dapat mempromosikan pentingnya aktivitas fisik melalui kampanye sosial dan edukasi.
  3. Inovasi Teknologi: Aplikasi pelacak langkah atau kompetisi berbasis komunitas bisa menjadi cara seru untuk meningkatkan motivasi bergerak.

Rendahnya langkah harian masyarakat Indonesia menunjukkan perlunya perubahan gaya hidup dan kebijakan, tidak hanya demi kesehatan tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas ekonomi. Dengan investasi pada infrastruktur publik yang mendukung aktivitas fisik serta promosi gaya hidup sehat, Indonesia dapat mengurangi beban biaya kesehatan, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan membuka peluang ekonomi baru. Menggerakkan masyarakat Indonesia secara harfiah juga bisa menjadi langkah besar untuk menggerakkan roda perekonomian!