Harga Kelapa Melonjak, Pemerintah Sebut Komoditas Ini Masuki “Masa Keemasan”

Komoditas kelapa memasuki masa keemasan. Harga melonjak hingga Rp12.000 per buah berkat permintaan global, terutama santan untuk kopi di China.

Nov 28, 2025 - 11:13
 0  4
Harga Kelapa Melonjak, Pemerintah Sebut Komoditas Ini Masuki “Masa Keemasan”
sumber foto : pixabay

Eksplora.id - Komoditas kelapa tengah menjadi sorotan karena disebut sedang memasuki masa keemasannya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Pangan, Zulkifli Hasan, menyampaikan bahwa dalam beberapa bulan terakhir harga kelapa melonjak drastis akibat meningkatnya permintaan global—terutama dari China. Negara tersebut kini mempopulerkan penggunaan santan sebagai campuran kopi, sebuah tren kuliner baru yang ikut mengerek permintaan kelapa dari Indonesia.

Permintaan Global Melejit, Harga Naik Enam Kali Lipat

Zulhas menjelaskan, harga kelapa yang sebelumnya hanya Rp 2.000 per butir kini bisa menembus Rp 12.000 di beberapa daerah. Lonjakan ini terjadi karena kebutuhan industri luar negeri terhadap kelapa segar dan produk turunannya meningkat tajam. Tidak hanya santan, berbagai olahan lain seperti minyak kelapa, desiccated coconut, VCO (Virgin Coconut Oil), coconut sugar, hingga produk premium seperti coconut cream dan coconut chips menjadi incaran pasar.

Menurutnya, kondisi ini menjadikan kelapa sebagai komoditas yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan beberapa komoditas perkebunan lain, termasuk sawit. Selain memiliki siklus produksi yang lebih ramah lingkungan, pasar turunannya juga jauh lebih luas dan bernilai tambah tinggi.

Kelapa Disebut Lebih Prospektif dari Sawit

Zulhas menilai tren konsumsi global terhadap kelapa membuka peluang baru bagi perkebunan rakyat. Bahkan, permintaan terhadap kelapa dinilai lebih stabil dan dapat menembus pasar premium. Di beberapa negara maju, olahan kelapa digunakan untuk produk kosmetik, farmasi, makanan sehat, hingga industri wellness yang sedang berkembang.

Kelapa ini masa keemasan. Harga naik karena dunia butuh, terutama China yang lagi tren kopi santan. Perkebunan kelapa sekarang bisa lebih untung dari sawit,” ujar Zulhas dalam sebuah agenda resmi.

Ia juga menambahkan bahwa masa depan ekspor kelapa Indonesia semakin cerah karena negara ini merupakan salah satu produsen kelapa terbesar di dunia. Jika produktivitas petani meningkat, Indonesia berpeluang menjadi pemain utama pasar kelapa global.

Pemerintah Siapkan Bibit Unggul untuk Petani

Melihat tingginya kebutuhan pasar, pemerintah mulai menggenjot pendistribusian bibit kelapa unggul kepada petani. Langkah ini dilakukan agar produksi kelapa nasional dapat meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan.

Penyediaan bibit unggul ini menjadi bagian dari strategi besar pemerintah untuk memberdayakan desa tanpa bergantung pada bantuan sosial. Dengan produktivitas yang meningkat, petani dapat memperoleh pendapatan lebih tinggi dan lebih stabil.

Dalam konteks ini, pemerintah memastikan program peningkatan produktivitas tidak hanya berfokus pada kelapa. Komoditas unggulan lain seperti kopi, cengkeh, dan lada juga terus diperkuat untuk membuka peluang lebih luas bagi petani.

Dukungan BRIN dan Penguatan Ekosistem Perkebunan

Sebagai bentuk penguatan jangka panjang, pemerintah menggandeng BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) untuk mempercepat riset dan pengembangan varietas kelapa unggul. Varietas baru tersebut diharapkan memiliki produktivitas lebih tinggi, tahan hama, dan cocok dengan kondisi iklim tropis Indonesia yang semakin tidak menentu.

Selain bibit dan riset, pemerintah juga menyiapkan integrasi tata niaga melalui program Kopdes Merah Putih, sebuah lembaga yang berperan sebagai offtaker hasil panen masyarakat desa. Dengan adanya lembaga pengumpul ini, harga di tingkat petani dapat lebih stabil dan rantai distribusi menjadi lebih pendek.

Program tersebut berjalan beriringan dengan agenda nasional lainnya, seperti swasembada pangan, penguatan logistik desa, modernisasi sistem pangan, dan pengembangan sentra-sentra ekonomi berbasis komoditas perkebunan.

Peluang Besar Bagi Petani: Momentum yang Tak Boleh Terlewat

Lonjakan permintaan kelapa dunia menjadi momentum langka bagi daerah penghasil kelapa seperti Sulawesi Utara, Maluku, NTT, Lampung, hingga pesisir Sumatera. Jika peningkatan harga ini diikuti perbaikan kualitas bibit dan manajemen lahan, petani kelapa diprediksi akan menikmati pendapatan yang lebih besar dalam beberapa tahun mendatang.

Dengan langkah pemerintah memperkuat bibit, riset, tata niaga, hingga pasar ekspor, kelapa berpotensi menjadi komoditas yang mendongkrak perekonomian desa. Masa keemasan ini diharapkan tidak hanya menguntungkan industri, tetapi juga memberikan kesejahteraan bagi jutaan petani kecil di seluruh Indonesia.***

Baca juga artikel lainnya :

hilirisasi-kelapa-di-maluku-utara-dorong-nilai-ekonomi-dan-ekspor-ke-tiongkok