Pria 23 Tahun Ubah Daun Gugur Jadi Kertas: Kisah Inovasi Valentyn Frechka dan Releaf Paper
Valentyn Frechka, anak muda Ukraina berusia 23 tahun, menciptakan kertas dari daun gugur lewat Releaf Paper. Prosesnya hemat energi, tanpa menebang pohon, dan telah memasuki pasar Eropa.
Eksplora.id - Pada usia sekitar 16–17 tahun, Valentyn Frechka mulai bereksperimen sendiri di desa asalnya di Ukraina, mengumpulkan daun-daun yang gugur dari taman, mengeringkannya, kemudian mencari cara untuk mengubahnya menjadi lembaran kertas. Inovasi kecil ini kemudian berkembang menjadi startup bernama Releaf Paper.
Menurut situs resmi Releaf Paper, perusahaan ini berdiri pada 2021 sebagai hasil kolaborasi antara “talented scientist and successful entrepreneur”. Valentyn kemudian menjadi salah satu founder sekaligus kepala teknologi perusahaan.
Teknologi yang Mengubah Limbah Daun Jadi Kertas
Releaf Paper menjelaskan bahwa untuk menghasilkan satu ton selulosa (bahan dasar kertas) diperlukan sekitar 2,3 ton daun gugur — angka yang setara dengan menebang 17 pohon dalam proses produksi kertas kayu biasa. Teknologi mereka bahkan dilaporkan menghasilkan emisi CO₂ yang jauh lebih rendah dibanding metode tradisional, serta penggunaan air yang jauh lebih sedikit.
Prosesnya meliputi:
-
Pengumpulan daun gugur dari kota (taman, trotoar, area publik)
-
Pemrosesan mekanik dan/atau termo-kimia untuk mendapatkan fiber selulosa dari daun
-
Penggunaan fiber tersebut sebagai uji campuran atau bahan utama dalam produksi kertas, kemasan, lalu pengiriman ke klien di Eropa.
Ekspansi Global dan Dampak Lingkungan
Perusahaan ini tak hanya berjalan di Ukraina. Releaf Paper telah membuka kantor dan fasilitas di Eropa, khususnya di wilayah Paris (Perancis), dan melayani brand-brand besar sebagai pemasok kemasan ramah lingkungan.
Dalam sebuah kajian, disebut bahwa teknologi ini dapat menghemat penggunaan kayu dan mengurangi deforestasi:
“By using fallen leaves, Releaf Paper eliminates the need for wood pulp, helping to conserve forests.”
Dari segi angka:
-
Produksi kertas berbasis daun menghasilkan emisi CO₂ ~0,066 kg per kg produk, jauh lebih rendah dari standar industri.
-
Produk dapat terurai dalam waktu sekitar 55 hari, jauh lebih cepat dari kertas konvensional.
Tantangan dan Peluang Masa Depan
Meski inovasi besar, beberapa tantangan masih dihadapi:
-
Ketersediaan bahan baku daun secara konsisten dan logistik pengumpulan dari banyak kota.
-
Skala produksi yang masih berkembang: meskipun sudah masuk pasar Eropa, untuk mencapai volume besar diperlukan fasilitas produksi yang lebih besar.
-
Ekosistem industri agar benar-benar mengalihkan ke material alternatif dan memperhitungkan biaya produksi serta harga jual yang kompetitif.
Namun, peluangnya sangat besar: dengan meningkatnya regulasi pelarangan plastik sekali pakai di Eropa dan permintaan kemasan ramah lingkungan yang naik, produk seperti yang dikembangkan oleh Releaf sangat mendapatkan momentum.
Kisah Valentyn Frechka dan Releaf Paper membuktikan bahwa ide sederhana dari daun gugur dapat menjadi solusi global untuk permasalahan lingkungan dan produksi kertas. Dengan tidak menebang satu pohon pun, tetapi mengubah limbah menjadi produk bernilai, mereka menghadirkan kombinasi antara kreativitas, teknologi, dan keberlanjutan.
Untuk Anda — pembaca — ini menjadi pengingat bahwa inovasi besar bisa bermula dari hal kecil. Dan untuk industri, ini menjadi tantangan dan panggilan: saatnya berpikir ulang bagaimana kita memproduksi barang sehari-hari dengan lebih bertanggung jawab terhadap alam.***
Baca juga artikel lainnya :
inovasi-anak-negeri-plastik-dari-daun-singkong-bisa-dimakan-solusi-ramah-lingkungan-dari-indonesia

