Inovasi Anak Negeri: Plastik dari Daun Singkong Bisa Dimakan, Solusi Ramah Lingkungan dari Indonesia
Anak muda Indonesia berhasil menciptakan plastik ramah lingkungan dari daun singkong yang bisa larut dalam air bahkan dimakan. Inovasi ini menjadi peluang besar menghadapi krisis sampah plastik global, meski masih menghadapi tantangan biaya produksi.

Eksplora.id – Jakarta. Di tengah meningkatnya kekhawatiran global terhadap krisis sampah plastik, sekelompok anak muda Indonesia menghadirkan terobosan unik: plastik ramah lingkungan yang terbuat dari daun singkong. Tak hanya bisa larut dalam air, plastik inovatif ini bahkan aman untuk dikonsumsi.
Produk yang diberi nama Cassava Bio-Pack ini lahir dari riset sederhana di sebuah laboratorium kampus, lalu dikembangkan menjadi bisnis rintisan (startup) yang kini mulai mencuri perhatian internasional. “Kami ingin menunjukkan bahwa solusi ramah lingkungan tidak harus mahal, bahkan bisa lahir dari potensi lokal,” ungkap Raka Pratama, pendiri startup tersebut.
Plastik Sehat, Ramah Lingkungan, dan Bisa Dimakan
Berbeda dengan plastik konvensional yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai, plastik daun singkong ini dapat hancur dalam waktu kurang dari dua bulan di tanah. Bahkan bila terkena air panas, plastik akan larut dalam hitungan menit.
“Secara kimia, bahan dasarnya aman. Jadi kalaupun termakan, tidak ada dampak buruk bagi tubuh,” tambah Raka. Plastik ini kini diuji coba sebagai kemasan makanan, sendok sekali pakai, hingga kantong belanja ramah lingkungan.
Pasar Global Terbuka Lebar
Menurut data World Bank, dunia memproduksi lebih dari 400 juta ton sampah plastik setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 60% berakhir mencemari laut dan tanah. Inovasi ini berpeluang menjadi game changer dalam industri kemasan global, apalagi tren konsumen saat ini semakin condong pada produk berkelanjutan.
Startup Cassava Bio-Pack sendiri telah menerima undangan pameran teknologi hijau di Singapura, Jepang, dan Jerman. Beberapa perusahaan multinasional juga disebut mulai melirik teknologi ini untuk diproduksi massal.
Tantangan dan Harapan
Meski peluangnya besar, tantangan tetap ada, terutama soal harga produksi yang saat ini lebih mahal dibanding plastik biasa. Namun, para inovator muda ini optimistis, semakin luasnya skala produksi akan membuat biaya semakin efisien.
“Kami percaya Indonesia bisa menjadi pionir dunia dalam bahan kemasan ramah lingkungan. Dari singkong yang selama ini dianggap bahan pangan sederhana, kita bisa menghadirkan solusi global,” tutup Raka.