Soto Bokong, Kuliner Legendaris di Lintas Timur Sumatra yang Tak Pernah Kehilangan Rasa
Soto Bokong, kuliner legendaris di jalur Lintas Timur Sumatra, tetap eksis sejak 2000-an berkat racikan bumbu turun-temurun, pelayanan ramah, dan harga terjangkau. Ciri khasnya terletak pada bagian kuah beningnya dengan kari yang khas serta porsi potongan daging ayam kampung (termasuk bagian bokong) di piring. Hingga kini, Soto Bokong bukan sekadar sajian makan, melainkan juga bagian dari memori perjalanan para pelintas jalan.
Eksplora.id – Di tengah hiruk pikuk perjalanan di jalur Lintas Timur Sumatra, ada satu kuliner yang sudah melegenda dan menjadi cerita bagi para pelintas jalan maupun warga setempat: Soto Bokong. Namanya unik, rasanya khas, dan keberadaannya telah menjadi ikon kuliner daerah sejak puluhan tahun lalu.
Latar Belakang Berdiri
Soto Bokong pertama kali dirintis pada era 2000-an oleh sepasang perantau yang bertekad menghadirkan sajian hangat dan bergizi untuk para sopir, pedagang, hingga musafir yang singgah di jalur lintas. Nama "bokong" sendiri lahir dari saran pelanggan lantaran menu khasnya ada potongan bokong (pantat) ayam kampung yang diletakkan menumpuk di piring.
Seiring berjalannya waktu, nama itu justru menjadi identitas kuat yang melekat hingga sekarang. Dari warung sederhana berukuran 3x4 meter, Soto Bokong tumbuh menjadi rumah makan yang setiap harinya tak pernah sepi pengunjung.
Rahasia Sukses dan Ketahanan Usaha
Rahasia bertahannya Soto Bokong hingga kini terletak pada konsistensi rasa dan keramahan pelayanan. Sang pemilik generasi kedua, Mas Agus, mengungkapkan bahwa mereka tetap setia menggunakan bumbu racikan turun-temurun yang terdiri dari rempah lokal, seperti serai, lengkuas, jahe, dan kunyit yang diolah segar setiap hari.
Selain itu, strategi mempertahankan harga yang terjangkau menjadi kunci. Dengan Rp 20.000–25.000 per porsi, pelanggan bisa menikmati sajian komplet: nasi, kuah gurih, irisan daging melimpah, serta sambal pedas khas yang membangkitkan selera.
Ciri Khas Soto Bokong
Yang membedakan Soto Bokong dari soto pada umumnya adalah kuahnya yang bening serta banyaknya potongan ayam kampung dan potongan bokong, serta taburan bawang goreng renyah yang membuat aroma semakin menggoda. Tidak hanya itu, porsi daging yang besar dan empuk menjadikannya sajian favorit para pengendara yang membutuhkan tenaga ekstra saat melintasi jalur panjang Sumatra.
Ditambah lagi, warung ini buka sejak pagi hingga larut malam, sehingga menjadi tempat persinggahan andalan bagi sopir truk, bus antarkota, hingga wisatawan yang melintas.
Tetap Jadi Magnet Wisata Kuliner
Meski kini banyak rumah makan modern bermunculan, Soto Bokong tetap menjadi magnet kuliner. Bahkan, tidak sedikit penikmat kuliner yang sengaja datang dari luar kota hanya untuk merasakan sensasi "soto legendaris di lintas timur". Keberadaannya bukan hanya soal makanan, tapi juga tentang memori perjalanan yang melekat bagi siapa saja yang pernah singgah.
Bagi yang ingin mengenal lebih jauh perjalanan usaha ini, Mas Agus selaku owner Soto Bokong pernah berbagi kisahnya dalam sebuah podcast di YouTube. Dalam podcast tersebut, ia mengupas jatuh bangun mempertahankan usaha hingga tetap bertahan sampai sekarang. Simak selengkapnya di sini: Podcast Perjalanan Soto Bokong – Bersama Mas Agus.
Bagi masyarakat Sumatra maupun pelancong, Soto Bokong adalah bukti bahwa kuliner sederhana bisa bertahan puluhan tahun, asalkan konsisten menjaga rasa dan identitas.