Di Balik Harum Kuliner Asia, Daun Jeruk Indonesia Jadi Primadona Ekspor
Dalam semangkuk tom yum yang menggoda atau sepiring rendang yang kaya rempah, ada satu bahan yang tak banyak disebut namun selalu hadir memberikan sentuhan rasa dan aroma: daun jeruk.

Eksplora.id - Dalam semangkuk tom yum yang menggoda atau sepiring rendang yang kaya rempah, ada satu bahan yang tak banyak disebut namun selalu hadir memberikan sentuhan rasa dan aroma: daun jeruk. Daun yang satu ini, meskipun kecil dan ringan, menyimpan pengaruh besar dalam citarasa kuliner Asia. Dan tahukah Anda, sebagian besar daun jeruk yang digunakan di dapur-dapur Asia berasal dari Indonesia?
Ya, Indonesia bukan hanya terkenal karena kekayaan rempah-rempah seperti pala, cengkeh, dan kayu manis. Daun jeruk—khususnya daun jeruk purut—telah menjadi komoditas ekspor yang konsisten menyumbang devisa, terutama untuk segmen kuliner dan industri makanan olahan di luar negeri.
Malaysia dan Jepang Jadi Tujuan Utama
Yang menarik, dominasi ekspor daun jeruk asal Indonesia masih tertuju pada dua negara utama: Malaysia dan Jepang. Kedua negara ini telah menjadi pelanggan setia sejak lama. Di Malaysia, daun jeruk menjadi komponen penting dalam banyak masakan lokal seperti laksa dan nasi lemak. Sedangkan di Jepang, tren makanan Asia Tenggara terus berkembang seiring meningkatnya minat masyarakat Jepang terhadap kuliner eksotis dari luar negeri.
Selain Malaysia dan Jepang, negara-negara lain seperti Iran, India, dan Belanda juga menjadi pasar yang menjanjikan meski volume ekspornya tidak sebesar dua negara utama tersebut. Di Belanda, misalnya, daun jeruk menjadi salah satu bahan penting dalam makanan restoran Asia yang cukup menjamur di Eropa Barat. Sementara itu, di India dan Iran, penggunaan daun jeruk mulai tumbuh seiring meningkatnya eksposur masyarakat pada cita rasa Asia Tenggara.
Fluktuasi Lima Tahun Terakhir
Meski peran dan popularitasnya stabil, nilai ekspor daun jeruk Indonesia mengalami fluktuasi dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2019, nilai ekspor mencapai puncaknya sebesar US$4,78 juta. Namun, angka ini menurun menjadi US$3,26 juta pada 2024.
Penurunan tersebut bukanlah pertanda lemahnya daya saing atau menurunnya kualitas produk, melainkan lebih pada faktor eksternal. Pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada 2020 hingga 2022 memberikan dampak signifikan pada sektor logistik dan perdagangan global. Pengiriman yang tertunda, pembatasan impor oleh beberapa negara, hingga berkurangnya permintaan dari restoran dan industri makanan yang terpaksa tutup sementara—semuanya menjadi bagian dari penyebab utama turunnya volume ekspor.
Selain pandemi, cuaca ekstrem yang semakin tidak menentu juga memengaruhi produktivitas tanaman jeruk di beberapa sentra produksi di Indonesia. Curah hujan berlebihan atau kekeringan berkepanjangan dapat berdampak pada kualitas dan kuantitas daun yang dihasilkan. Hal ini pada akhirnya turut memengaruhi pasokan untuk pasar ekspor.
Potensi yang Belum Tergarap Maksimal
Meski fluktuasi terjadi, permintaan terhadap daun jeruk Indonesia tidak pernah benar-benar merosot secara permanen. Artinya, pasar masih terbuka luas, dan peluang peningkatan ekspor tetap sangat besar. Terlebih lagi, kesadaran masyarakat global akan manfaat rempah dan bahan alami untuk kesehatan mulai meningkat. Daun jeruk diketahui mengandung antioksidan, memiliki sifat antibakteri, serta memberikan efek relaksasi yang baik bagi tubuh.
Sayangnya, belum banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang benar-benar menggarap potensi ekspor daun jeruk secara maksimal. Masih ada tantangan dalam hal pengemasan, standar mutu, dan sertifikasi ekspor yang sering kali menjadi penghambat. Di sinilah peran pemerintah dan instansi terkait sangat dibutuhkan—baik dalam hal pelatihan, pendampingan, maupun fasilitasi akses ke pasar internasional.
Menuju Daun Jeruk Sebagai Komoditas Unggulan
Indonesia memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadikan daun jeruk sebagai salah satu komoditas unggulan. Dengan kondisi iklim tropis yang ideal dan keberagaman varietas tanaman jeruk lokal, produksi daun jeruk dapat ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Langkah konkret dapat dimulai dari pengembangan sentra-sentra produksi daun jeruk yang berorientasi ekspor, penerapan sistem pertanian organik untuk meningkatkan nilai tambah, hingga penggunaan teknologi pengeringan dan pengemasan yang sesuai standar global. Tidak kalah penting, peningkatan promosi di pasar internasional juga dapat membuka peluang pasar baru, terutama di Eropa dan Amerika Utara yang mulai melirik kuliner Asia sebagai gaya hidup sehat dan penuh cita rasa.
Di balik harum dan segarnya hidangan khas Asia, ternyata tersimpan cerita tentang ketekunan petani lokal dan geliat ekspor yang tak pernah berhenti. Daun jeruk bukan sekadar pelengkap rasa, tapi juga simbol bahwa rempah-rempah Indonesia tetap harum namanya di kancah dunia.
Baca juga artikel lainnya :
coca-cola hadirkan kembali lime coke di inggris setelah 18 tahun