Pasar Buah Kawasan Pos Paltuding Kawah Ijen Dipenuhi Pedagang Fasih Berbahasa Mandarin

Kawasan Pos Paltuding yang menjadi gerbang utama menuju destinasi wisata Kawah Ijen kini tidak hanya dikenal dengan panorama alamnya yang memukau, tetapi juga semakin menarik perhatian karena keberadaan pasar buah lokal yang unik.

Apr 15, 2025 - 23:11
 0  3
Pasar Buah Kawasan Pos Paltuding Kawah Ijen Dipenuhi Pedagang Fasih Berbahasa Mandarin
sumber foto : gg

Eksplora.id - Kawasan Pos Paltuding yang menjadi gerbang utama menuju destinasi wisata Kawah Ijen kini tidak hanya dikenal dengan panorama alamnya yang memukau, tetapi juga semakin menarik perhatian karena keberadaan pasar buah lokal yang unik. Di balik deretan buah tropis yang ditata rapi di sepanjang jalur pendakian, ada satu hal yang membuat pasar ini berbeda: sebagian besar pedagangnya ternyata fasih bercakap-cakap dalam bahasa Mandarin.

Fenomena ini bukan tanpa alasan. Kawah Ijen, dengan keindahan api birunya yang mendunia, menjadi magnet wisatawan mancanegara, terutama dari Tiongkok. Setiap tahunnya, ribuan turis asal negeri Tirai Bambu ini datang ke Ijen untuk menikmati pesona alam dan menyaksikan para penambang belerang yang bekerja di tengah medan ekstrem. Seiring meningkatnya jumlah wisatawan Tiongkok, para pedagang lokal di kawasan ini pun beradaptasi dengan cepat—termasuk dengan menguasai bahasa Mandarin sebagai alat komunikasi dan jual beli.

Adaptasi Lewat Bahasa

Salah satu pedagang, Pak Slamet (47), mengaku mulai belajar bahasa Mandarin sejak lima tahun lalu. “Awalnya saya hanya bisa bilang 'ni hao', 'xiexie', tapi lama-lama jadi terbiasa karena tiap hari ketemu turis dari China,” ujarnya sambil menyusun buah salak di lapaknya. Kini, ia mampu menjelaskan harga, jenis buah, dan bahkan bercanda ringan dalam bahasa Mandarin.

Tak hanya Slamet, hampir semua pedagang di sekitar pos Paltuding memiliki kemampuan komunikasi dasar dalam bahasa tersebut. Beberapa bahkan mengikuti kursus bahasa singkat yang diadakan secara informal oleh komunitas lokal bekerja sama dengan pemandu wisata.

“Kalau kita bisa bahasanya, turis jadi lebih nyaman belanja. Mereka merasa dihargai. Dan pastinya, dagangan kita juga lebih laris,” tambah Siti (38), pedagang buah naga yang fasih menanyakan “ni yao ji ge?” (Anda mau berapa?) kepada turis yang mampir.

Meningkatkan Nilai Ekonomi Lokal

Keberhasilan para pedagang dalam menguasai bahasa Mandarin ini memberi dampak positif secara ekonomi. Penjualan buah lokal seperti salak, manggis, pisang, dan buah naga meningkat drastis selama musim wisatawan. Dalam satu hari, seorang pedagang bisa meraup pendapatan dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibandingkan hari biasa.

“Kalau dulu jualan cuma buat cukup makan, sekarang bisa menabung, bahkan menyekolahkan anak lebih tinggi,” kata Mujiono, pedagang yang mengaku penghasilannya meningkat semenjak belajar bahasa Mandarin dan rutin berinteraksi dengan turis asing.

Tidak sedikit pula pedagang yang kini mulai mempelajari bahasa asing lain seperti Inggris dan Korea untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Namun, Mandarin tetap menjadi bahasa asing yang paling banyak dipelajari karena dominasi wisatawan dari Tiongkok di kawasan ini.

Dukungan Komunitas dan Pemerintah

Kondisi ini rupanya juga menjadi perhatian serius dari komunitas lokal dan pemerintah daerah. Dinas Pariwisata Banyuwangi melalui program pelatihan berbasis masyarakat sempat mengadakan pelatihan bahasa Mandarin singkat bekerja sama dengan beberapa lembaga pendidikan.

“Kami melihat potensi besar dari pasar lokal di Paltuding. Penguasaan bahasa asing, terutama Mandarin, adalah salah satu soft skill yang sangat mendukung industri pariwisata berbasis masyarakat,” kata Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi, saat ditemui dalam kunjungan ke kawasan Paltuding beberapa waktu lalu.

Selain itu, beberapa kelompok sadar wisata (pokdarwis) juga memfasilitasi kelas informal bahasa Mandarin di malam hari. Kelas ini biasanya diikuti oleh pedagang, pemandu wisata, hingga tukang ojek lokal yang biasa mengantar wisatawan menuju gerbang pendakian.

Meningkatkan Pengalaman Wisata

Bagi para wisatawan asal Tiongkok, keberadaan pedagang lokal yang bisa bercakap-cakap dalam bahasa mereka memberikan kesan tersendiri. Mereka merasa lebih dekat dan nyaman selama kunjungan ke Kawah Ijen. “Saya terkejut, ternyata banyak pedagang di sini bisa bicara bahasa Mandarin. Sangat membantu dan membuat pengalaman belanja jadi menyenangkan,” kata Zhang Wei, wisatawan asal Shanghai.

Hal ini turut meningkatkan citra Kawah Ijen sebagai destinasi wisata yang ramah dan profesional dalam pelayanan. Dengan pendekatan budaya dan bahasa, interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal tidak hanya menjadi transaksi jual beli, tetapi juga pertukaran budaya yang hangat.

Potret Harmoni dan Inisiatif Lokal

Fenomena pasar buah di pos Paltuding Kawah Ijen ini mencerminkan bagaimana masyarakat lokal mampu berinovasi dan beradaptasi secara kreatif dalam menghadapi arus globalisasi. Dengan modal semangat belajar dan inisiatif mandiri, para pedagang membuktikan bahwa bahasa bukanlah penghalang, melainkan jembatan untuk memperluas rezeki dan membangun hubungan yang lebih luas dengan dunia luar.

Ke depan, kawasan ini diharapkan terus tumbuh sebagai contoh kawasan wisata inklusif dan berdaya saing tinggi, di mana budaya lokal tetap kuat namun mampu bersinergi dengan dinamika global. Dan semuanya dimulai dari secuil buah manis dan satu sapaan ramah: “Ni hao!”

Baca juga artikel lainnya :

wisatawan asean kini bisa kunjungi xishuangbanna china barat tanpa visa selama enam hari