Kometsuya: Inovasi Telur Jepang dari Ayam yang Diberi Pakan Beras

Di tengah tantangan menurunnya konsumsi beras nasional, Jepang menghadirkan sebuah inovasi unik yang menggabungkan sektor peternakan dengan strategi ketahanan pangan: telur kometsuya.

Apr 6, 2025 - 20:39
 0  4
Kometsuya: Inovasi Telur Jepang dari Ayam yang Diberi Pakan Beras
sumber foto : gg

Eksplora.id - Di tengah tantangan menurunnya konsumsi beras nasional, Jepang menghadirkan sebuah inovasi unik yang menggabungkan sektor peternakan dengan strategi ketahanan pangan: telur kometsuya. Telur ini bukan hanya menarik perhatian karena rasanya yang lebih gurih dan teksturnya yang lembut, tetapi juga karena cara produksinya yang tidak biasa—dari ayam petelur yang diberi pakan utama berupa beras, bukan jagung seperti pada umumnya.

Solusi atas Menurunnya Konsumsi Beras

Pada tahun 2015, Jepang menghadapi permasalahan serius dalam konsumsi beras. Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa permintaan beras domestik menurun drastis hingga 80 ribu ton per tahun. Fenomena ini menjadi kekhawatiran nasional karena beras merupakan salah satu simbol dan sumber pangan utama budaya Jepang.

Sebagai upaya menyerap kelebihan pasokan dan mengurangi ketergantungan pada pakan impor, pemerintah Jepang mendukung inovasi penggunaan beras sebagai bahan utama pakan ternak. Dalam konteks ini, telur kometsuya muncul sebagai jawaban nyata atas permasalahan tersebut—sebuah produk yang tidak hanya bernilai gizi, tetapi juga memiliki nilai strategis.

Peternakan Takeuchi: Rumah Lahir Kometsuya

Telur kometsuya diproduksi oleh Peternakan Takeuchi yang terletak di kawasan Hokkaido, wilayah utara Jepang yang dikenal dengan kondisi alamnya yang bersih dan asri. Nama "kometsuya" sendiri merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jepang, yakni kome (beras) dan tsuya (kilau). Nama ini dipilih karena mencerminkan tampilan kuning telur yang cemerlang dan bercahaya, hasil dari pakan alami berbasis beras.

Pakan berbasis beras ini dipercaya tidak hanya memengaruhi warna, tetapi juga meningkatkan kualitas dan rasa telur. Konsistensinya lebih halus, aroma amisnya lebih ringan, dan cita rasanya lebih kaya—menjadikannya pilihan ideal untuk sajian-sajian khas Jepang seperti tamago kake gohan (nasi dengan telur mentah), atau chawanmushi (puding telur kukus).

Konsumen Loyal: Perempuan Berusia 40–60 Tahun

Daya tarik kometsuya juga tercermin dari profil konsumennya. Seorang penjual di toko pangan lokal mengatakan bahwa mayoritas pembeli kometsuya adalah perempuan berusia 40 hingga 60 tahun. Alasan mereka memilih telur ini tidak semata-mata karena rasa, tetapi lebih kepada jaminan keamanan pangan.

Mereka merasa yakin bahwa telur dari ayam yang diberi pakan beras lebih alami, bersih, dan bebas dari zat tambahan yang merugikan. Lebih jauh lagi, banyak di antara mereka menjadikan konsumsi kometsuya sebagai bagian dari pendidikan pangan keluarga—memperkenalkan anak dan cucu mereka pada pentingnya kesadaran memilih makanan sehat dan berkualitas.

Fakta Ilmiah di Balik Warna Kuning Telur

Warna kuning telur memang sering kali menjadi indikator yang diperhatikan konsumen, meskipun sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan kualitas gizi. Para ilmuwan menjelaskan bahwa warna kuning telur dipengaruhi oleh pigmen pada pakan ayam. Jika ayam diberi jagung kuning, kuning telurnya akan lebih cerah. Jika diberi pakan jagung putih atau pakan rendah pigmen, warnanya cenderung pucat atau putih.

Dalam kasus kometsuya, beras sebagai pakan utama menghasilkan warna kuning telur yang lebih lembut dan bersih. Namun penting dicatat, warna ini tidak menunjukkan adanya kelebihan atau kekurangan nutrisi. Baik kuning telur yang cerah, oranye, merah, maupun putih tetap aman dan layak dikonsumsi.

Lebih dari Sekadar Telur

Kometsuya bukan sekadar produk pangan biasa. Ia adalah simbol keberhasilan integrasi kebijakan pertanian dengan inovasi industri peternakan. Telur ini membuktikan bahwa tantangan pangan bisa dihadapi dengan solusi kreatif yang menyentuh banyak aspek: dari efisiensi produksi, keberlanjutan sumber daya, hingga edukasi konsumen.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan sehat dan aman, kometsuya berpotensi menjadi model inovasi yang bisa ditiru negara lain—terutama di tengah dinamika global yang memerlukan pendekatan berkelanjutan dalam produksi pangan.

Baca juga artikel lainnya :

kenapa telur di amerika ditaruh di kulkas dan perbedaannya dengan negara lain