Kawanan Gajah Liar Hancurkan Tujuh Rumah Warga di Lampung Barat
Warga Dusun Peninjauan, Pekon Bumi Hantatai, Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS), Kabupaten Lampung Barat, dikejutkan oleh serangan kawanan gajah liar yang menghancurkan tujuh rumah

Eksplora.id - Warga Dusun Peninjauan, Pekon Bumi Hantatai, Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS), Kabupaten Lampung Barat, dikejutkan oleh serangan kawanan gajah liar yang menghancurkan tujuh rumah Selasa, (08/04/2025), sekitar pukul 16.00 WIB. Kawanan gajah yang terdiri dari 18 ekor itu masuk ke permukiman warga dan menyebabkan kerusakan parah, terutama pada rumah-rumah yang berada di sekitar area perkebunan.
Menurut informasi dari Kepala Resort Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung Barat, Sulki, rumah-rumah yang dirusak merupakan tempat tinggal sementara warga yang biasa digunakan untuk beristirahat setelah bekerja di ladang atau kebun. "Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun kerugian material cukup signifikan karena rumah-rumah itu sebagian besar terbuat dari kayu sehingga mudah roboh saat diinjak atau diseruduk gajah," ujarnya.
Gajah Masuk Permukiman, Warga Ketakutan
Serangan mendadak ini membuat warga panik dan memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman. Beberapa dari mereka bahkan tidak sempat menyelamatkan barang-barang berharga karena kedatangan kawanan gajah terjadi secara tiba-tiba. “Kami sedang di kebun, tahu-tahu dengar suara gaduh dan teriakan. Begitu sampai di rumah singgah, semua sudah hancur. Atapnya runtuh, dindingnya roboh, dan peralatan rumah tangga kami tidak ada yang tersisa,” ujar Kasmidi (52), salah satu warga terdampak.
Kawanan gajah liar diketahui sering bermigrasi melintasi wilayah-wilayah di sekitar TNBBS. Namun dalam beberapa bulan terakhir, aktivitas mereka makin sering menyasar kawasan pemukiman. Menurut catatan Balai Besar TNBBS, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh menyempitnya habitat gajah dan rusaknya jalur lintasan akibat pembukaan lahan untuk pertanian dan permukiman.
Upaya Penghalauan dan Pemantauan
Pihak TNBBS bersama aparat keamanan dan relawan warga setempat langsung melakukan upaya penghalauan setelah kejadian. Penghalauan dilakukan dengan membunyikan petasan, membakar obor, dan membuat suara keras untuk menakuti kawanan gajah agar kembali ke habitat aslinya. Hingga Rabu malam, tim gabungan masih terus memantau pergerakan gajah dari kejauhan demi mencegah serangan susulan.
“Kami sudah petakan jalur lintasan kawanan gajah ini. Saat ini mereka masih berada di sekitar kawasan perbatasan hutan dan kebun warga. Kami akan terus lakukan pendekatan pengamanan agar warga merasa tenang,” kata Sulki. Pihaknya juga telah memasang beberapa alat pemantau seperti kamera trap dan GPS untuk melacak pergerakan kawanan gajah liar.
Dampak Ekonomi dan Psikologis
Kerusakan tujuh rumah warga tentu berdampak langsung pada perekonomian masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani kopi dan singkong. Selain kehilangan tempat tinggal, warga juga mengalami kerusakan tanaman akibat diinjak gajah. Beberapa warga mengaku kini merasa waswas dan tidak tenang saat beraktivitas di kebun.
“Kami bingung sekarang harus tidur di mana. Rumah kebun itu sangat penting bagi kami, karena kami harus bermalam ketika musim panen. Kalau begini terus, bagaimana kami bisa bekerja?” keluh Nurhayati (47), seorang petani setempat.
Tak hanya kerugian material, serangan ini juga menimbulkan trauma, terutama bagi anak-anak yang menyaksikan kejadian tersebut. Banyak dari mereka yang mengalami ketakutan berlebih saat malam hari. Lembaga sosial dan pemerintah daerah pun mulai menyiapkan tim psikososial untuk mendampingi warga terdampak.
Solusi Jangka Panjang dan Imbauan
Kepala Balai Besar TNBBS, Ismanto, menyampaikan bahwa diperlukan kerja sama lintas sektor untuk menanggulangi konflik antara manusia dan satwa liar seperti ini. Ia menekankan pentingnya pelestarian jalur migrasi gajah dan penghentian perambahan hutan secara ilegal.
“Konflik ini bukan hanya tanggung jawab TNBBS, tapi juga semua pihak. Kami akan ajukan program pemasangan pagar listrik ramah lingkungan dan penguatan kapasitas warga dalam menghadapi konflik satwa liar,” ujarnya.
Sementara itu, pihak Pemerintah Kabupaten Lampung Barat berjanji akan memberikan bantuan darurat kepada warga yang terdampak. Camat Bandar Negeri Suoh, Nurhadi, menyampaikan bahwa pihaknya sedang mendata kebutuhan mendesak seperti logistik, tenda darurat, dan peralatan rumah tangga.
Masyarakat juga diimbau untuk tetap waspada, mengurangi aktivitas sendirian di kebun, dan segera melapor jika melihat tanda-tanda kehadiran gajah liar di sekitar permukiman. Pemerintah desa diminta mengaktifkan sistem informasi cepat dan ronda malam untuk meminimalkan risiko.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa keberadaan satwa liar seperti gajah harus dihormati dan dilindungi, sekaligus menjadi tantangan besar bagi pengelolaan kawasan hutan dan tata ruang pemukiman. Diperlukan solusi yang adil bagi satwa dan manusia agar konflik serupa tidak terus berulang. Kesadaran kolektif, peran aktif masyarakat, dan komitmen pemerintah akan menjadi kunci dalam menyelamatkan ekosistem Lampung Barat.
Baca juga artikel lainnya :
air suci di banke bihari temple ternyata hanya air kondensasi ac