Jejak Panjang Islam di China: Dari Jalur Sutra hingga Du Jiang Yuan, Dekat Chengdu
Sekilas sejarah masuknya Islam ke China hingga penyebarannya saat ini. Muslim kini hidup berdampingan di berbagai wilayah, termasuk Du Jiang Yuan dekat Chengdu.
Eksplora.id - Keberadaan Islam di China sering kali mengejutkan banyak orang. Padahal, sejarah mencatat bahwa agama Islam telah hadir dan berkembang di Negeri Tirai Bambu sejak lebih dari seribu tahun lalu. Jauh sebelum China menjadi negara modern seperti sekarang, para pedagang Muslim sudah menjejakkan kaki di wilayah ini melalui jalur perdagangan internasional yang terkenal: Jalur Sutra.
Islam pertama kali masuk ke China sekitar abad ke-7 Masehi, pada masa Dinasti Tang. Kedatangannya tidak melalui penaklukan, melainkan lewat perdagangan, diplomasi, dan interaksi budaya. Para pedagang Arab dan Persia singgah di pelabuhan-pelabuhan besar seperti Guangzhou, Quanzhou, dan Yangzhou, membawa bukan hanya barang dagangan, tetapi juga nilai, tradisi, dan keyakinan.
Islam dan Jalur Sutra: Awal Penyebaran yang Damai
Jalur Sutra menjadi pintu utama masuknya Islam ke wilayah China bagian barat dan tengah. Kota-kota seperti Kashgar, Xi’an, dan Dunhuang menjadi pusat pertemuan berbagai bangsa dan agama. Di Xi’an, bahkan hingga hari ini, berdiri Masjid Agung Xi’an yang menjadi saksi bisu awal keberadaan Muslim di China.
Hubungan baik antara kekaisaran China dan dunia Islam membuat komunitas Muslim tumbuh secara bertahap. Banyak pedagang Muslim yang akhirnya menetap, menikah dengan penduduk lokal, dan membentuk komunitas permanen. Dari sinilah muncul kelompok etnis Hui, Muslim China yang berbahasa Mandarin dan memiliki budaya yang sangat terintegrasi dengan tradisi Tionghoa.
Muslim China yang Menyebar ke Seluruh Negeri
Seiring waktu, Islam tidak hanya bertahan, tetapi menyebar ke hampir seluruh wilayah China. Saat ini, Muslim dapat ditemukan dari Xinjiang di barat, Ningxia di utara, hingga provinsi-provinsi tengah dan selatan seperti Sichuan, Yunnan, bahkan pesisir timur China.
China mengakui sejumlah etnis Muslim, seperti Hui, Uighur, Kazakh, Dongxiang, dan Salar. Mereka memiliki latar budaya yang beragam, namun disatukan oleh keyakinan yang sama. Masjid-masjid pun berdiri dengan arsitektur unik, memadukan gaya Islam dengan ciri khas bangunan Tionghoa.
Du Jiang Yuan, Jejak Islam di Sekitar Chengdu
Salah satu bukti bahwa Islam telah menyebar luas hingga ke wilayah tengah China dapat ditemukan di Du Jiang Yuan, sebuah kawasan bersejarah yang tidak jauh dari Chengdu, Provinsi Sichuan. Wilayah ini dikenal dunia karena sistem irigasi kunonya yang merupakan warisan peradaban China, namun di balik itu, terdapat pula komunitas Muslim yang hidup berdampingan dengan masyarakat setempat.
Keberadaan Muslim di sekitar Chengdu menunjukkan bahwa Islam tidak hanya berkembang di wilayah perbatasan atau jalur dagang utama, tetapi juga menyatu dalam kehidupan masyarakat pedalaman. Masjid-masjid di kawasan ini umumnya tampil sederhana, mencerminkan semangat akulturasi dan kehidupan damai antarumat beragama.
Akulturasi Budaya: Islam yang Tumbuh Bersama Tradisi Lokal
Salah satu hal paling menarik dari Islam di China adalah kemampuannya beradaptasi dengan budaya setempat. Masjid di China sering kali tidak berkubah seperti di Timur Tengah, melainkan menyerupai bangunan tradisional China dengan atap melengkung dan ornamen kayu.
Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, Muslim China mempraktikkan ajaran Islam sambil tetap menjaga tradisi lokal. Kuliner halal khas China, seperti mi tarik halal, lamian, dan aneka masakan berbasis daging sapi dan kambing, menjadi bukti nyata perpaduan budaya tersebut.
Islam di China Hari Ini
Saat ini, Muslim telah menyebar ke seluruh penjuru China dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah serta wajah keberagaman negara tersebut. Meski menghadapi berbagai tantangan modern, komunitas Muslim China tetap menjaga identitas dan warisan sejarah mereka yang panjang.
Dari Jalur Sutra hingga Du Jiang Yuan dekat Chengdu, kisah Islam di China adalah cerita tentang perjalanan damai, perdagangan, ilmu pengetahuan, dan toleransi. Sebuah pengingat bahwa peradaban besar selalu dibangun dari pertemuan berbagai budaya dan keyakinan.**
Baca juga artikel lainnya :
sydneys-first-girls-only-islamic-school-tonggak-sejarah-pendidikan-muslim-di-australia

