Jawa Timur, Lumbung Pekerja Migran dan Kontributor Devisa Negara

Jawa Timur (Jatim) sejak lama telah dikenal sebagai salah satu daerah penyumbang terbesar Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Apr 20, 2025 - 00:00
Apr 20, 2025 - 00:01
 0  4
Jawa Timur, Lumbung Pekerja Migran dan Kontributor Devisa Negara
sumber foto : gg

Eksplora.id - Jawa Timur (Jatim) sejak lama telah dikenal sebagai salah satu daerah penyumbang terbesar Pekerja Migran Indonesia (PMI). Peran Jatim dalam hal ini tidak hanya sekadar kuantitatif, tetapi juga sangat signifikan dalam menyumbang devisa negara melalui remitansi yang dikirimkan oleh para pekerja migran ke tanah air. Fenomena ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika sosial dan ekonomi di Jawa Timur, bahkan menjadi tulang punggung penghidupan banyak keluarga di pedesaan.

Menurut data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Jatim secara konsisten berada di posisi tiga besar provinsi pengirim PMI terbanyak setiap tahunnya. Kabupaten-kabupaten seperti Ponorogo, Tulungagung, Blitar, Malang, dan Banyuwangi termasuk daerah kantong PMI yang paling aktif. Sebagian besar dari mereka bekerja di sektor informal seperti pekerja rumah tangga, perawat lansia, serta di sektor konstruksi dan manufaktur di negara-negara tujuan utama seperti Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Korea Selatan, dan Timur Tengah.

Faktor Pendorong: Antara Harapan dan Kenyataan

Salah satu faktor utama yang mendorong banyak warga Jatim untuk bekerja di luar negeri adalah stagnasi pendapatan di dalam negeri yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kebutuhan hidup. Banyak lulusan SMA atau bahkan perguruan tinggi di Jawa Timur yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak dan bergaji mencukupi. Di sisi lain, pekerjaan di luar negeri menawarkan imbalan yang lebih tinggi dan relatif menjanjikan secara finansial, meskipun harus dibayar dengan pengorbanan besar—jauh dari keluarga dan menghadapi berbagai risiko.

Selain stagnasi gaji, agresivitas pertumbuhan angkatan kerja di Jatim juga menjadi faktor yang tak bisa diabaikan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 40 juta jiwa, Jatim memiliki struktur demografi yang didominasi oleh usia produktif. Namun, lapangan pekerjaan yang tersedia di dalam negeri belum mampu menampung semuanya. Inilah yang mendorong sebagian besar dari mereka melirik luar negeri sebagai solusi sementara untuk menyelesaikan masalah ekonomi keluarga.

Devisa Negara dan Dampak Ekonomi Lokal

Kontribusi PMI terhadap devisa negara sangat besar. Sepanjang tahun 2023 saja, remitansi yang masuk dari pekerja migran Indonesia mencapai lebih dari 150 triliun rupiah, dan sebagian besar di antaranya berasal dari pekerja migran asal Jawa Timur. Uang tersebut tidak hanya memperkuat cadangan devisa negara, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal di kampung halaman.

Banyak desa di Jatim yang mengalami perubahan drastis berkat uang kiriman dari luar negeri. Rumah-rumah baru bermunculan, anak-anak bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi, dan roda perekonomian desa bergerak lebih dinamis. Bahkan, dalam beberapa kasus, remitansi menjadi modal usaha produktif seperti membuka warung, toko kelontong, peternakan, atau usaha mikro lainnya yang menopang keberlanjutan ekonomi keluarga.

Tantangan dan Perlindungan

Meski memberikan kontribusi besar, bukan berarti para PMI bebas dari tantangan. Permasalahan seperti penempatan nonprosedural, eksploitasi tenaga kerja, pelanggaran kontrak kerja, hingga kekerasan fisik dan psikis masih menjadi ancaman serius yang dihadapi sebagian pekerja migran, terutama perempuan yang bekerja di sektor informal.

Pemerintah melalui BP2MI dan Dinas Tenaga Kerja Jawa Timur terus berupaya memperkuat perlindungan bagi para PMI. Edukasi sebelum keberangkatan, pelatihan keterampilan, serta peningkatan kesadaran hukum menjadi bagian penting dari proses pemberangkatan resmi. Selain itu, dorongan agar masyarakat hanya menggunakan jalur penempatan legal terus digencarkan, mengingat risiko yang sangat tinggi dari jalur nonprosedural.

Gubernur Jawa Timur dalam beberapa kesempatan juga menekankan pentingnya pemberdayaan PMI purna, agar mereka tidak hanya kembali membawa uang, tetapi juga membawa keterampilan dan semangat kewirausahaan. Program pelatihan wirausaha bagi eks-PMI kini mulai diperluas, sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan ketahanan ekonomi lokal.

Harapan Ke Depan

Ke depan, peran Jawa Timur sebagai lumbung PMI masih akan terus berjalan, namun perlu diarahkan ke jalur yang lebih manusiawi dan berdaya guna. Migrasi tenaga kerja harus menjadi pilihan sadar, bukan jalan terakhir karena keterpaksaan. Ini hanya bisa terwujud jika pemerintah daerah dan pusat bekerja lebih keras dalam membuka peluang kerja di dalam negeri yang layak dan bermartabat.

Di sisi lain, masyarakat juga perlu terus diberikan edukasi agar tidak mudah tergiur janji manis calo atau agen ilegal. Perlindungan terhadap pekerja migran bukan hanya tugas negara, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa.

Dengan pengelolaan yang lebih baik, PMI asal Jawa Timur bukan hanya menjadi pahlawan devisa, tetapi juga agen perubahan di kampung halamannya.

Baca juga artikel lainnya :

tagar-kaburajadulu-viral-kepala-desa-ini-pilih-balik-jadi-pmi-di-jepang