Antony Fokker: “The Flying Dutchman” yang Lahir di Kebun Kopi Indonesia
Di antara hamparan hijau pegunungan dan aroma kopi yang khas di tanah Blitar, Jawa Timur, berdiri Perkebunan Nyoenyoer—saksi bisu lahirnya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah penerbangan dunia: Antony Herman Gerard Fokker.

Eksplora.id - Di antara hamparan hijau pegunungan dan aroma kopi yang khas di tanah Blitar, Jawa Timur, berdiri Perkebunan Nyoenyoer—saksi bisu lahirnya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah penerbangan dunia: Antony Herman Gerard Fokker.
Lahir pada 6 April 1890, Fokker adalah putra dari seorang pengusaha Belanda pemilik Perkebunan Kopi Nyoenyoer. Siapa sangka, dari sudut tenang Hindia Belanda inilah, lahir seorang insinyur yang kelak dijuluki dunia sebagai “The Flying Dutchman”.
Masa Kecil di Tengah Aroma Kopi
Antony kecil tumbuh dalam lingkungan kolonial yang dikelilingi oleh aktivitas agrikultur khas Hindia Belanda. Ayahnya, Herman Fokker, mengelola perkebunan kopi yang terletak di dataran tinggi Blitar. Perkebunan Nyoenyoer kala itu bukan hanya pusat produksi kopi, tapi juga tempat interaksi budaya antara pribumi dan kaum Eropa.
Meski tak lama tinggal di sana—keluarganya kemudian pindah kembali ke Belanda—jejak tanah Blitar tetap menjadi bagian dari kisah hidupnya yang jarang diketahui publik.
Menembus Langit Eropa: Dari “Spin” ke Red Baron
Ketertarikan Fokker terhadap teknik dan penerbangan mulai tumbuh saat remaja. Ia belajar di Jerman dan pada usia 20 tahun merancang serta menerbangkan pesawat pertamanya yang diberi nama “Spin” (Laba-Laba).
Namanya mulai mendunia ketika Perang Dunia I pecah. Fokker menjadi tokoh penting dalam pengembangan pesawat tempur Jerman. Beberapa inovasi terkenalnya meliputi:
-
Fokker Eindecker: Pesawat tempur pertama dengan sistem senapan mesin sinkron, yang bisa menembak melalui baling-baling tanpa merusaknya.
-
Fokker Dr.I Triplane: Digunakan oleh Manfred von Richthofen alias Red Baron, pilot paling legendaris dalam sejarah aviasi militer.
Teknologi senjata sinkron yang diciptakan Fokker menjadi revolusi dalam taktik perang udara, dan menjadikan pesawat rancangannya sangat ditakuti di medan tempur.
Warisan dari Perkebunan ke Pabrik Pesawat
Setelah perang, Fokker mendirikan perusahaan pesawat terbang di Belanda dan kemudian memperluas ke Amerika Serikat. Produknya digunakan secara luas dalam industri penerbangan sipil dan militer.
Meski lebih dikenal di Eropa dan AS, akar kelahirannya di Blitar, Hindia Belanda, tepatnya di Perkebunan Nyoenyoer, adalah pengingat bahwa tokoh sekelas Antony Fokker memiliki sejarah yang terhubung dengan tanah Indonesia.
Potensi Wisata Sejarah dan Edukasi
Perkebunan Nyoenyoer memiliki potensi besar untuk diangkat sebagai destinasi wisata sejarah dan edukatif. Dengan mengangkat nama Antony Fokker, tempat ini bisa menjadi simbol penghubung antara warisan agrikultur lokal dan kisah inspiratif global.
Bayangkan sebuah taman sejarah atau museum kecil di tengah kebun kopi, menceritakan bagaimana seorang anak dari Blitar bisa menciptakan teknologi udara yang mengubah dunia.
Antony Fokker wafat pada 23 Desember 1939 di New York, tetapi namanya tetap abadi dalam sejarah penerbangan dunia. Dari sebuah perladangan kopi di Blitar bernama Nyoenyoer, ia membuktikan bahwa mimpi besar bisa terbang tinggi—melewati batas negara, benua, bahkan langit dunia.
Baca juga artikel lainnya :
sosok mulan versi indonesia the sin nio pejuang yang menyamar jadi pria demi melawan belanda